Oleh:
ROHYATI SOFJAN
BERITA di
halaman 8 Tribun Jabar, Jumat, 6
Maret 2015, mengutip pernyataan Dirut PT Elva Primandiri, Elva Waniza, selaku
pengembang pembangunan Pasar Limbangan yang berada di Jalan Raya
Bandung-Tasikmalaya, Kecamatan Baluburlimbangan, Garut; Pasar Limbangan akan
rampung Agustus 2015.
Jika
benar demikian halnya, semoga saja peresmian yang direncanakan pada tanggal 17
Agustus itu tak terkendala beragam aral dan bisa tepat waktu dengan hasil
pembangunan yang 100 persen telah selesai semuanya tanpa cela. Elva Waniza
mengabarkan bahwa proses pembangunan telah mencapai 60 persen, jika angka
persen tersebut di lapangan sesuai semoga dari Maret sekarang target tercapai.
Sisa
6 bulan yang ada tetap saja mencemaskan karena pembangunan terlambat dari yang
direncanakan semula. Dulu pernah direncanakan selesai sebelum lebaran tahun
lalu, namun malah molor cukup lama sampai membingungkan banyak pihak.
Akan seperti apa Pasar Limbangan? Tentu banyak
yang penasaran. Apalagi, menurut berita itu, pasar tersebut akan terdiri dari 3
lantai. Jumlah kiosnya bisa menampung 1.028 pedagang Pasar Limbangan. Bangunan
pasar akan dilengkapi fasilitas pendukung seperti 2 eskalator, 1 generator set
berkapasitas 500 KVA, sistem pemadam kebakaran, musala dan toilet umum di
setiap lantai, loading dock di setiap
lantai, tempat pembuangan sampah, kantor dinas perhubungan cabang Limbangan,
dan layanan ATM.
Kita
tentu menyambut positif terhadap perencanaan fasilitas tersebut. Jika jumlah
pedagang saja mencapai ribuan, bagaimana dengan jumlah pengunjung per harinya?
Butuh sarana penunjang agar Pasar Limbangan menjadi tempat transaksi bisnis dan
pemenuhan kebutuhan masyarakat yang nyaman sekaligus aman. Mengingat lokasinya
yang sangat strategis, merupakan pasar besar bagi penduduk Limbangan dan
wilayah sekitarnya; baik dari Selaawi, Cibiuk, Cijolang, sampai Cibatu.
Selain
eskalator, di sampingnya tangga biasa yang lebar dan aman pun tetap dibutuhkan
untuk saat-saat darurat. Namun tentunya eskalator tersebut selalu berfungsi
sebagaimana mestinya, sekaligus aman
dengan tanda panduan dan peringatan bagi pengunjung yang barangkali tak
terbiasa menggunakan eskalator.
Layanan
ATM dalam pasar akan disambut baik, karena, meskipun Limbangan memiliki banyak
boks ATM dari beragam bank, namun percepatan pertumbuhan penduduk berikut
ekonominya yang pesat, dan lokasinya yang berada di jalan lintas antarkota
antarprovinsi, mau tak mau membutuhkan lebih banyak lagi gerai ATM beragam
bank.
Adalah
melegakan karena Elva akan mengakomodasi kebutuhan masyarakat Limbangan untuk
menghadirkan tempat bermain anak dan pusat jajanan. Kita tentu senang jika
pasar bisa merangkap tempat hiburan keluarga pula, terutama bagi warga yang
tinggal di pelosok perdesaan yang jauh dari akses kota kecamatan.
Akan
tetapi, ada kekhawatiran apakah akan ada tempat mangkal bagi sado-sado yang
ada? Tentunya selain lahan parkir yang diperuntukkan bagi kendaraan roda dua
dan empat, keberadaan sado janganlah sampai diabaikan, butuh tempat mangkal
khusus. Dulu di tahun 1995 saja sado beroleh tempat mangkal di dalam halaman
parkir sebelah selatan pasar, 20 tahun kemudian, di tahun 2015 ini, semoga saja
sado tak harus mangkal di luar halaman pasar agar tak mengganggu lalulintas
Jalan Limbangan-Leuwigoong.
Bagaimanapun,
keberadaan sado tetap dibutuhkan masyarakat Limbangan. Sado telah lama menyatu
dengan wajah Limbangan, sebagai sarana transportasi yang sudah tua dan menurut
catatan sejarah sado melayani rute dari Limbangan sampai Cibatu dan Malangbong.
Semoga
saja pembangunan pasar berjalan lancar dan memuaskan banyak pihak. Sarana
parkir sangat memadai untuk menampung jumlah kendaraan yang selalu membengkak,
dari pengunjung, pemilik, sampai penyalur barang yang melakukan bongkar-muat.
Dan tentunya ada ruang untuk terminal bagi kendaraan umum sebagaimana biasanya
yang lewat di sebelah utara pasar -- di depan Jalan Raya Limbangan.
Selama
ini wajah pasar sementara di Lapangan Pasopati terasa suram dan kumuh. Musim
hujan ini dari mulut Jalan Pasopati/Bunisari becek, apalagi di halaman pasarnya
yang berlumpur. Mari kita berharap agar wajah baru Pasar Limbangan yang
mengusung isi tradisional dalam balutan modern tak becek dan kumuh di bagian
luar-dalam.
Pun
penanganan buangan sampahnya dikelola secara tertib dan rapi. Tak ada lagi
sampah yang berserakan sampai masuk saluran selokan. Untuk itu dibutuhkan
kerjasama dan kedisiplinan dari pedagang sampai pengunjung. Jangan lupakan pula
beberapa titik tempat pengunjung bisa buang sampah pada tong-tong yang
ditentukan sesuai jenis buangannya. Tentu menyenangkan jika kita punya pasar
tradisional yang bersih seperti pasar berkonsep modern di kota lain.***
Cipeujeuh, 7 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D