Oleh Rohyati Sofjan
PADA hari ulang tahunnya yang ke sembilan, Alis
beroleh kado dari Paman Tom Yam. Paman Tom Yam yang gemar masakan Thailand itu
adalah seorang pesulap terkenal. Bibi Cubi-cubi istri Paman Tom Yam membuka
restoran khusus masakan Thailand yang halal, terutama tom yam yang pedas segar agar Paman Tom
Yam tak usah repot makan di luar sehabis melakukan pertunjukan.
Lucu, ya, nama Paman. Itu bukan nama aslinya,
melainkan nama panggungnya. Paman dan Bibi tidak punya anak. Jadi Alis disayang
mereka. Alis bahagia beroleh perhatian sedemikian besar selain dari orang tua.
Kado itu adalah topi sulap, kata Paman Tom Yam topi ajaib. Warnanya pink. Alis
suka sekali. Sayangnya topi itu terlalu besar baginya. Jadi Alis tidak tahu
harus diapakan.
“Coba dulu, ah,” pikir Alis di kamarnya yang serba pink. Dan ketika topi
itu dikenakannya, Alis heran karena bisa pas di kepalanya. Ia becermin untuk
memastikan ukuran kepalanya tidak membesar gara-gara memakai topi sulap.
Ternyata tak ada yang berubah.
“Aneh,” gumamnya. Namun Alis tak peduli. Barangkali benar topinya topi
ajaib. Alis segera menyimpan topi itu di atas meja dan bersiap-siap untuk
tidur. Tanpa disadarinya, topi itu sudah kembali ke ukuran semula.
Ketika Alis sudah berbaring dan siap membaca doa sebelum tidur, tahu-tahu
topi itu bergerak. Alis ketakutan. Ia menarik selimutnya sampai ke atas kepala.
Namun rasa penasaran membuat Alis mengintip dari ujung selimut. Topi itu masih
bergerak-gerak.
Lalu, whoa, seekor kelinci
besar pink berdiri di atas keempat kakinya dengan topi itu yang bertengger di
kepalanya. Lucu sekali. Namun Alis masih ketakutan, jadi tak berani bergerak,
tetap bersembunyi di balik selimut.
“Selamat malam Alis, jangan takut namaku Bun-bun.” Kelinci itu tiba-tiba
sudah melompat ke atas ranjang. Alis refleks tersentak kaget dan duduk dengan
mata membelalak.
Bun-bun tersenyum lucu. Ia sudah lucu dengan topi itu, agak kebesaran di
kepalanya. Apalagi ketika Bun-bun berdiri dengan kedua kakinya lalu mengulurkan
kaki depannya ke Alis, mengajak salaman.
Alis ragu, namun ia coba memberanikan diri menyambut uluran tangan, eh kaki
Bun-bun. “Kamu bisa ngomong?” Alis takjub. Bun-bun mengangguk, kedua telinganya
ikut bergoyang. “Bagaimana kamu bisa tahu namaku?”
“Sebab aku penghuni topi ajaib, hadiah dari pamanmu yang baik untuk anak
baik.”
“Kenapa kamu bilang topi ajaib?”
Bun-bun membuka topinya, lalu, “Simsalabim, katakan apa keinginanmu, Alis?”
“Aku ingin bintang-bintang,” Alis terkikik geli. Lalu, whoa,
bintang-bintang cerlang bewarna pink mengambang keluar dari topi itu. Jumlahnya
banyak sekali, merubung Alis, lalu pop lenyap. Alis takjub. Ia bengong
memandang Bun-bun yang cengengesan. Lucu lihat kelinci cengengesan. Apalagi
kelincinya memegang topi dengan tangan, eh kaki.
Alis mendongak ke arah topi itu, tangannya meraba permukaan, tapi tidak ada
apa-apa. “Bagaimana bisa?” protesnya.
“Sebab ini topi ajaib, kamu bisa belajar sulap denganku. Tinggal
berkonsentrasi memikirkan apa yang kamu inginkan, maka keinginan itu akan
terkabul. Tapi ingat baik-baik, anak manis, topi ini hanya akan bekerja selama
kamu menjadi anak baik, topi ini khusus untukmu, dan tak ada faedahnya jika
digunakan oleh orang lain. Jaga baik-baik topi ini, akan kuajarkan sulap. Mau?”
“Seperti Paman Tom Yam?” Mata Alis berbinar.
“Seperti Paman Tom Yam yang tahu faedah topi ini!” Bun-bun menegaskan.
“Aku mau belajar sulap,” kata Alis riang.
Maka begitulah, mulai malam itu Alis belajar sulap dari Bun-bun dengan
menggunakan topi ajaib. Sampai malam merayap naik. Lalu Bun-bun berkata, “Sudah
jam sembilan, Alis. Besok
kapan saja kamu bisa belajar bersamaku.”
Alis setuju, ia memang tidak biasa tidur larut. Menarik selimut. “Selamat
malam, Bun-bun.”
“Selamat tidur, Alis manis.” Bun-bun melompat ke meja semula. Lalu,
sosoknya lenyap ditelan topi yang kembali ke ukuran tadi.
Alis bermimpi tengah bermain sulap di panggung, mengeluarkan aneka benda
pink banyak sekali dari topi itu, disertai atraksi lucu agar tak membosankan
hingga penonton yang anak-anak semua bertepuk tangan. Ada kupu-kupu, burung,
sapu tangan panjang, tali temali, permen kapas, boneka lucu, aneka makanan dan
mainan, sampai panggung sarat barang kayak toko. Lalu Alis dengan senang hati
akan membagikannya pada anak-anak panti asuhan yang jadi penonton spesial.
Ya, Alis bermimpi dengan bahagia.***
Cipeujeuh, 21 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D