OLEH ROHYATI SOFJAN
DATA BUKU
Judul : Parenting with Heart,
Menumbuhkan Anak dengan Hati
Penulis : Elia Daryati dan Anna Farida
Penerbit : Kaifa
Cetakan : I, Maret 2014
Tebal : 190 halaman
ISBN : 978-602-7870-31-4
Harga : Rp40.000
MENJADI orangtua
bukanlah pekerjaan yang langsung bisa, alamiah, sederhana, atau mudah. Butuh
semacam buku panduan untuk memahami fungsi dasar parenting (keayahbundaan) sebagai pembekalan agar orangtua bisa
memosisikan diri dalam keluarga terhadap tumbuh kembang anak sesuai tuntutan
zaman.
Bagaimanapun,
menjadi orangtua dan anak adalah posisi kesejajaran. Sudah saatnya orangtua
membuka perspektif baru tentang cakrawala kehidupan anak dan pola pengasuhan
berdasarkan asah (pemberian bekal kognitif dari sekolah dan aneka pelajaran),
asih (pemenuhan kebutuhan pokoknya), dan asuh (bonding/ikatan emosional dan spiritual).
Elia
Daryati dan Anna Farida dengan tajam dan mengena berbagi banyak hal mengenai
ilmu parenting berdasarkan pengalaman mereka sehari-hari
dalam buku Parenting with Heart, Menumbuhkan Anak dengan Hati.
Elia
Daryati R. adalah psikolog, pembicara di berbagai seminar bidang psikologi
terapan bertema psikologi perkembangan dan pendidikan. Pengalamannya menangani
berbagai kasus keayahbundaan membuatnya dipercaya mengasuh rubrik konsultasi
psikologi di Harian Pikiran Rakyat.
Sedang Anna Farida adalah guru sekolah dasar dan menengah merangkap konseling
BP. Keduanya bermukim di Bandung.
Ada
banyak segi menarik yang dikupas dalam buku ini. Isi dibagi dalam beberapa
bagian yang runtut menjelaskan.
Dalam
Konsep Diri, kita akan disadarkan bahwa mendidik anak tidak seperti membuat kue
bolu, kita sedang mendidik kakinya. Pembahasan berbagai kasus dalam pola
pengasuhan anak yang menimbulkan masalah berikut solusi yang harus direnungkan.
Sebab, anak-anak berupaya menemukan konsep dirinya mengenai siapakah aku, dan
tugas orangtua membantu anak menemukan hal tersebut dengan cara tepat.
Kita
bisa becermin dari buku ini tentang beragam kasus yang tepat dan tidak tepat
berdasarkan pengalaman Elia dan Anna. Penanganan perbedaan karakter anak,
penerapan standar yang salah, orangtua paruh waktu yang kehadirannya tak
menyamankan anak, orangtua tunggal, ketika anak tidak percaya diri, pemahaman
ritualitas agama yang salah karena tak berdampingan dengan spiritualitas, anak
tidak bisa di-joki-kan, fungsi ayah
dan ibu kala pemisahan peran, penerapan disiplin, pola pengasuhan, menuntun
anak agar yakin berdiri sendiri, arti bicara dan mendengarkan, jangan over protective, anak pun bisa stres,
mengasuh ala kawat dan kain.
Anak anak itu ibarat
gelombang radio. Ketika dia merasa menemukan kecocokan dengan frekuensi
tertentu, di situlah suaranya terdengar bening. Jadi, orangtua bukan sekadar
penangkap gelombang radio tetapi juga pemancarnya (hlm. 13).
Anak
bukanlah sekadar objek yang diarahkan sesuai cita-cita dan keinginan orangtua,
melainkan subjek yang memiliki perasaan, pemikiran, dan kesadaran yang unik dan
berpotensi luar biasa. Bisakah kita sebagai orangtua menyelaraskan tujuan hidup
agar anak-anak yang merupakan amanah bisa kita kembalikan pada Allah dengan
kepala tegak, bersih seperti keadaan semula?
Dalam
Komitmen, disadari ataupun tidak, jadi orangtua itu pilihan. Jika kita telah
memilih sebagai orangtua, maka bagaimanakah peran kita dalam menempatkan me time, rezeki, game atau film porno yang dicandui anak, posisi guru, umpatan, kala
posisi orangtua distigma anak, kalah pengaruh, dan upaya merebut posisi agar
semestinya.
Butuh
perjuangan sekaligus pengorbanan. Yang terberat memang jikalau anak salah
langkah karena kita salah memosisikan diri dalam pilihan tersebut.
Parenting with Heart dengan
ringan dan bernas menjabarkan masalah selalu ada solusi, tinggal seberapa kuat
niat dan upaya orangtua untuk mengubah diri agar keadaan bisa saling
menyamankan dalam harmonisasi yang utuh. Komunikasi dua arah merupakan kunci
utama yang jangan terabaikan.
Dalam
Nightmares, setiap zaman ada
penawarnya, dan kebenaran tidak akan berubah hakikatnya. Bagaimanakah
menghadapi mimpi buruk dalam kenyataan hidup? Hidup tidak selalu manis, tidak
selalu baik. Keburukan tak lebih dari pasangan kebaikan, tinggal peran orangtua
untuk mengarahkan, mengayomi, dan melindungi anak.
Pendidikan
seks bagi anak, amarah anak, kebohongan anak, anak mencuri, membangkang,
penakut, arti pintar, pemisahan gender,
bullying, dan pelabelan adalah
hal-hal yang melingkupi kehidupan anak dewasa ini.
Bagian
terakhir, Berdamai dengan ABG, betapa Elia dan Anna berupaya melengkapi buku
kecil namun padat ini dengan pola kesinambungan. Tahapan anak menjadi ABG
berikut kasus-kasus yang dialaminya, memberi nilai tambah pengetahuan bagi yang
peduli pada fungsi keayabundaan.
“Dan tibalah saatnya kulonggarkan genggaman
dan mulai jadi teman baikmu.”
Di
sinilah masa perebutan peran orangtua dan pengaruh luar bagi hidup anak. Ketika
anak bukan kanak-kanak lagi, tentu banyak hal yang berubah, barangkali orangtua
pun harus berubah dalam artian positif. Berupaya keras dengan memahami anak agar
anak pun memahami orangtua. Jangan lupakan pula relasi segitiga antara anak,
orangtua, dan Tuhan!
Ada
beberapa typo dan salah pilihan
kosakata dalam buku ini, secara pribadi Anna Farida pun mengakui, namun dalam
cetakan kedua telah direvisi dan ditambahi beberapa bagian mengenai kejahatan
seksual pada anak. Benar-benar buku yang wajib dimiliki orangtua yang peduli
fungsi keayahbundaan, ditulis dalam bahasa yang enak dibaca pula!***
Cipeujeuh, 9 Oktober
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D