Sabtu, 30 Desember 2017

KTKLN untuk Apa?


Oleh Rohyati Sofjan


SEPUPU saya yang sedang cuti liburan sebagai TKI, dengan panik bertanya mengenai maksud Presiden Jokowi tentang menghapus KTKLN. Berita itu barusan didapatnya dari TV. “Bukankah KTKLN untuk melindungi TKI selama kerja di luar negeri? Jika dihapus, apa yang akan terjadi?!”
Awal Desember 2014 itu merupakan bulan keduanya masa cuti, dan awal Januari 2015 akan kembali kerja di Saudi. Wajar dia panik karena berita tersebut masih tidak pasti sedang masa berlaku KTKLN dan kartu asuransi TKI-nya habis. Dia bingung apakah harus diperpanjang atau tidak. Jika sengaja tidak memperpanjang sesuai keputusan Presiden, apakah petugas bandara tak akan menyulitkannya mengingat itu peraturan baru?
Saya membantu dengan mencari di internet dan bertanya sana-sini, termasuk pada teman Facebook yang kerja jadi TKI di Taiwan. Ternyata KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri) menjadi kontroversi sampai di Facebook ada halaman Like untuk Hapus KTKLN.
Mengapa harus dihapus? Rupanya KTKLN cenderung menjadi ajang penyulitan dan pemerasan bagi TKI/BMI (Buruh Migran Indonesia). Sangat memprihatinkan sebab masyarakat kebanyakan pada umumnya tidak tahu menahu mengenai kecenderungan tersebut, hanya TKI/BMI yang merasakannya.
Kutipan berita dari Kompas Com barangkali bisa memperjelas ilustrasi demikian. "Kami ingin sampaikan poin KTKLN. Kami sangat berharap pemerintah tindak oknum bandara. Kami tidak mau ada diskriminasi di bandara sehingga ada TKI gagal terbang, pungli di bandara, dan apabila pemerintah tidak bisa menindak oknum ini, kami harap hapuskan KTKLN," kata Yati, perwakilan TKI Singapura.
Dari cerita sepupu, ternyata ia juga alami diskriminasi akibat KTKLN. Kala berangkat pertama kali sebagai TKI, 5 tahun lalu, ia tidak perlu KTKLN karena belum ada aturan tersebut. Namun pada kepulangan pertama cutinya, ia harus berhadapan dengan aturan baru, membuat KTKLN jika masih ingin berangkat kerja ke rumah majikannya di Saudi lagi. Dan melayanglah 300 ribu sebagai ongkos prosedur pembuatan KTKLN -- yang anehnya di situs berita Kompas Com ternyata ada yang bilang KTKLN gratis alias tak dibebani biaya pembuatan.
Ada yang membingungkan, untuk apa KTKLN dan kartu asuransi dihekter di sampul muka paspor? Apakah itu untuk memudahkan TKI sendiri dalam pemeriksaan atau memudahkan diskriminasi dan asas pemanfaatan, terutama bagi oknum petugas bandara? Dengan kata lain, setiap TKI yang berpaspor “beda” tersebut, tinggal digiring lewat jalur khusus, dibedakan dengan penumpang sepesawat yang lewat jalur biasa karena paspornya tidak “berhias beda”?
Bagi sepupu, Bandara Soekarno-Hatta bukanlah wilayah aman. Ada banyak penipu, pemeras, pencopet, dan kriminal lainnya. Ironisnya, di matanya pun petugas bandara tak lebih dari tukang minta-minta alias bermental pengemis dalam balutan otoritas kekuasaan seragam.
Salah siapa itu sebenarnya? Penyakit akut yang menjalari elemen dalam suatu sistem kebandaraan? Pembiaran dari tingkat kekuasaan tertinggi otoritas bandara sendiri sehingga bawahannya sampai para kriminal lain ikut ambil bagian: memeras TKI/BMI yang baru pulang atau hendak berangkat?
Valiant Budi Vabyo, penulis buku Kedai 1002 Mimpi, dalam bukunya itu menulis peristiwa tercela oknum Bandara Soekarno-Hatta. Di bandara Bahrain, berkenalan dengan TKI asal Gresik yang kelimpungan menyembunyikan uang hasil kerjanya dalam koper karena takut dirampas oknum Bandara Soekarno-Hatta.
Beroleh cerita bahwa TKI harus lewat pemeriksaan jalur khusus. Ketika turun dari pesawat, mereka terpisah. Dan Valiant yang tidak merasa salah lewat jalur biasa sebagaimana penumpang lainnya, sempat dihadang petugas plin-plan perkara ia TKI. Dengan berani Valiant melawan, apakah karus lewat jalur khusus juga? Petugas keder, Valiant selamat dari pemerasan.
Ternyata menjadi pekerja luar negeri kerap dilecehkan bangsa sendiri? Padahal orang seperti sepupu harus bekerja keras untuk beroleh nafkah. 20 jam kerja plus makan dan shalat. Hanya menyisakan 4 jam masa tidur agar bisa beristirahat. Kebiasaan orang Saudi membuat siklusnya berbeda. Ia kerja dari jam 5 subuh sampai jam 12 malam, makan malam keluarga majikannya jam 11 malam.
 Sedang oknum bandara?               
Kabar baiknya, sepupu barusan berangkat lagi ke Saudi tanpa harus berurusan dengan KTKLN lagi.***
Cipeujeuh, 7 Januari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D