Oleh Rohyati Sofjan
SEPUPU saya yang sedang
cuti liburan sebagai TKI, dengan panik bertanya mengenai maksud Presiden Jokowi
tentang menghapus KTKLN. Berita itu barusan didapatnya dari TV. “Bukankah KTKLN
untuk melindungi TKI selama kerja di luar negeri? Jika dihapus, apa yang akan
terjadi?!”
Awal
Desember 2014 itu merupakan bulan keduanya masa cuti, dan awal Januari 2015
akan kembali kerja di Saudi. Wajar dia panik karena berita tersebut masih tidak
pasti sedang masa berlaku KTKLN dan kartu asuransi TKI-nya habis. Dia bingung
apakah harus diperpanjang atau tidak. Jika sengaja tidak memperpanjang sesuai keputusan
Presiden, apakah petugas bandara tak akan menyulitkannya mengingat itu peraturan
baru?
Saya
membantu dengan mencari di internet dan bertanya sana-sini, termasuk pada teman
Facebook yang kerja jadi TKI di
Taiwan. Ternyata KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri) menjadi kontroversi
sampai di Facebook ada halaman Like untuk Hapus KTKLN.
Mengapa
harus dihapus? Rupanya KTKLN cenderung menjadi ajang penyulitan dan pemerasan
bagi TKI/BMI (Buruh Migran Indonesia). Sangat memprihatinkan sebab masyarakat
kebanyakan pada umumnya tidak tahu menahu mengenai kecenderungan tersebut,
hanya TKI/BMI yang merasakannya.
Kutipan
berita dari Kompas Com barangkali
bisa memperjelas ilustrasi demikian. "Kami ingin sampaikan poin KTKLN.
Kami sangat berharap pemerintah tindak oknum bandara. Kami tidak mau ada
diskriminasi di bandara sehingga ada TKI gagal terbang, pungli di bandara, dan
apabila pemerintah tidak bisa menindak oknum ini, kami harap hapuskan
KTKLN," kata Yati, perwakilan TKI Singapura.
Dari
cerita sepupu, ternyata ia juga alami diskriminasi akibat KTKLN. Kala berangkat
pertama kali sebagai TKI, 5 tahun lalu, ia tidak perlu KTKLN karena belum ada
aturan tersebut. Namun pada kepulangan pertama cutinya, ia harus berhadapan
dengan aturan baru, membuat KTKLN jika masih ingin berangkat kerja ke rumah
majikannya di Saudi lagi. Dan melayanglah 300 ribu sebagai ongkos prosedur
pembuatan KTKLN -- yang anehnya di situs berita Kompas Com ternyata ada
yang bilang KTKLN gratis alias tak dibebani biaya pembuatan.
Ada
yang membingungkan, untuk apa KTKLN dan kartu asuransi dihekter di sampul muka
paspor? Apakah itu untuk memudahkan TKI sendiri dalam pemeriksaan atau
memudahkan diskriminasi dan asas pemanfaatan, terutama bagi oknum petugas
bandara? Dengan kata lain, setiap TKI yang berpaspor “beda” tersebut, tinggal
digiring lewat jalur khusus, dibedakan dengan penumpang sepesawat yang lewat
jalur biasa karena paspornya tidak “berhias beda”?
Bagi
sepupu, Bandara Soekarno-Hatta bukanlah wilayah aman. Ada banyak penipu,
pemeras, pencopet, dan kriminal lainnya. Ironisnya, di matanya pun petugas
bandara tak lebih dari tukang minta-minta alias bermental pengemis dalam
balutan otoritas kekuasaan seragam.
Salah
siapa itu sebenarnya? Penyakit akut yang menjalari elemen dalam suatu sistem
kebandaraan? Pembiaran dari tingkat kekuasaan tertinggi otoritas bandara
sendiri sehingga bawahannya sampai para kriminal lain ikut ambil bagian:
memeras TKI/BMI yang baru pulang atau hendak berangkat?
Valiant
Budi Vabyo, penulis buku Kedai 1002 Mimpi,
dalam bukunya itu menulis peristiwa tercela oknum Bandara Soekarno-Hatta. Di bandara
Bahrain, berkenalan dengan TKI asal Gresik yang kelimpungan menyembunyikan uang
hasil kerjanya dalam koper karena takut dirampas oknum Bandara Soekarno-Hatta.
Beroleh
cerita bahwa TKI harus lewat pemeriksaan jalur khusus. Ketika turun dari
pesawat, mereka terpisah. Dan Valiant yang tidak merasa salah lewat jalur biasa
sebagaimana penumpang lainnya, sempat dihadang petugas plin-plan perkara ia
TKI. Dengan berani Valiant melawan, apakah karus lewat jalur khusus juga?
Petugas keder, Valiant selamat dari pemerasan.
Ternyata
menjadi pekerja luar negeri kerap dilecehkan bangsa sendiri? Padahal orang
seperti sepupu harus bekerja keras untuk beroleh nafkah. 20 jam kerja plus
makan dan shalat. Hanya menyisakan 4 jam masa tidur agar bisa beristirahat.
Kebiasaan orang Saudi membuat siklusnya berbeda. Ia kerja dari jam 5 subuh
sampai jam 12 malam, makan malam keluarga majikannya jam 11 malam.
Sedang
oknum bandara?
Kabar
baiknya, sepupu barusan berangkat lagi ke Saudi tanpa harus berurusan dengan
KTKLN lagi.***
Cipeujeuh, 7 Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D