Rabu, 13 Desember 2017

Ketika Tunarungu Belajar Bahasa Indonesia



Oleh Rohyati Sofjan


KETIKA masih kecil, sekira usia belum genap 6 tahun, bapak melanggankan majalah Bobo yang biasa ia bawa sepulang dari kantornya di Balai Besar PJKA, Bandung, setiap Kamis malam. (Selain Hai untuk abang saya.)
Meski saya belum masuk sekolah apalagi bisa membaca, saya sangat takjub dan menikmati aneka gambar berwarna di dalamnya. Pada tahun 1980 itu, bahan bacaan yang melimpah ruah merupakan anugerah bagi siapa pun yang menghargai budaya baca dan haus informasi karena era kurang hiburan. Ketika itu telinga saya masih berpendengaran normal dan menikmati lagu anak-anak yang dinyanyikan Chica Koeswoyo atau Adi Bing Slamet.
Dan ketika saya beroleh musibah hilangnya fungsi pendengaran kala berusia 6 tahun lebih -- padahal baru masuk SD yang ditujukan untuk anak berpendengaran normal --, Bobo masih dan kian menjadi sahabat pelipur lara dunia sunyi saya. Melalui Bobo-lah saya kian lancar membaca dan memahami lebih banyak kosakata yang mencakup kehidupan. Dan saya menjelma bocah haus baca apa saja, dari komik, novel sampai majalah lainnya.
Mungkin filosofi kanak-kanak yang tidak saya sadari kala itu adalah kesepian karena terjebak dalam dunia sunyi. Asing sendiri seakan insan dari planet lain yang terisolasi, maka saya mencoba mendobrak batas isolasi tersebut dengan membaca. Lambat laun menabung lebih banyak lagi pengetahuan sampai kosakata dalam bahasa Indonesia -- yang mengantarkan saya menjadi penggiat dunia literasi.  
Sampai sekarang pun, saya masih belajar memahami suatu maksud kata dengan melihat pertautan dari kalimat (yang tertulis), seperti daring yang pada mulanya saya belum paham benar artinya apa selain berkaitan dengan online atau terhubung dengan internet.
Pada akhirnya, setelah membaca tulisan yang gamblang memaparkan, ”Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan (online)”, mendadak saya paham arti sesungguhnya dari daring yang kerap saya gunakan namun belum dipahami benar selain kata serapan dari bahasa asing untuk istilah online. Daring ternyata akronim alias singkatan dari dalam jaringan. Makanya saya tidak menemukan arti daring dalam KBBI hingga penasaran.
Saya merasa lucu dengan polah sotoy (bahasa gaulnya untuk ‘sok tahu’) yang saya lakukan, menggunakan suatu kata setelah yakin sudah tepat penggunaannya dalam konteks kalimat meski, ternyata, belum paham benar maknanya. Seperti daring yang saya kira padanan untuk online, dan daring sebagai kata serapan ternyata bermakna akronim (singkatan kata) pula.
Jadi, suatu hari, dengan entengnya saya pernah mengirim pesan singkat pada teman sesama penulis, mengabarkan belum bisa terhubung dengan daring karena netbook dan modem Smartfren rusak. Saya tidak tahu apakah kalimat dalam SMS itu sudah tepat, saya hanya merasa konyol sekarang setelah sadar makna dari daring. Saya pikir hanya satu kata, ternyata gabungan dari dua kata yang disingkat/diakronimkan. 
Sebagai ibu rumah tangga yang bersuamikan buruh tani dan bangunan dengan keterbatasan daya beli, saya jarang turun gunung ke kota kecamatan untuk beli koran (bisa beberapa bulan sekali). Dan ketika membaca koran lokal Jawa Barat, saya kebingungan mengartikan gawai.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga, gawai bermakna, kerja (nomina), pekerjaan; sedang pegawai bermakna pekerja di kantor, karyawan. Untungnya saya tidak sempat mengartikan gawai sebagai penyingkatan kata dari pegawai karena halaman koran tersebut memuat kumpulan artikel mengenai gadget seperti ponsel terbaru atau informasi lainnya yang berkaitan dengan teknologi multimedia. Jadi otomatis saya mengartikannya sebagai gadget, hanya sempat bingung dan merasa tertinggal jauh dari pergerakan arus informasi.
Saya hanya kagum membaca arti kedua dari gawai, dari bahasa klasik untuk alat atau perkakas (untuk zaman sekarang, perkakas barangkali lebih sering diartikan sebagai perangkat [alat perlengkapan]).
Timbunan kosakata bahasa kita sangat kaya, jadi apa salahnya menghidupkan bahasa klasik lagi sebagai padanan yang berterima, unik, dan mudah diucapkan untuk istilah bahasa asing macam gadget. Memopulerkan bahasa klasik untuk modernitas, ha!
Alat dalam KBBI bermakna banyak: 1 benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, perkakas, perabotan; 2 yang dipakai untuk mencapai maksud; 3 sebagai kiasan yang dipakai untuk mencapai suatu maksud; 4 bagian tubuh manusia; 5 yang dipakai untuk menjalankan kekuasaan negara; 6 perlengkapan; 7 istilah antropologi untuk benda budaya yang dikembangkan manusia dalam usahanya memenuhi segala macam kebutuhan hidupnya, atau sebagai penyambung keterbatasan organismenya.
Sedang perkakas bermakna kata benda untuk segala yang dapat dipakai sebagai alat (seperti untuk makan, bekerja di dapur, perang, atau pekerjaan lainnya).
Dua makna di atas, alat dan perkakas, barangkali tidak digunakan sebagai padanan untuk gadget karena terlalu umum. Butuh sesuatu yang lain untuk itu, memadankan dengan kata yang unik, lebih spesifik, dan mudah diucapkan. Maka, gawailah sebagai pilihan.
Menghidupkan kembali bahasa klasik sekaligus menunjukkan kekayaan kosakata bahasa Indonesia. Meski untuk itu, sebagai seorang disabilitas pendengaran, saya sempat alami kesulitan dalam memahami arti gawai. Entah orang berpendengaran normal. 
Saya sangat senang jika berhasil memahami suatu makna kata, seperti menyatukan kepingan puzzle rumit hingga membentuk gambaran yang jelas dan bermakna. Dan saya bisa frustasi kalau belum memahami makna kata. Seperti ada bagian kehidupan yang kurang atau belum jelas dan menuntut penjelasan; atau suatu renik kecil yang harus diperjelas.
Pada dasarnya, kita hidup dalam kumparan ketidaktahuan, hanya upaya keras dari luar atau dalam diri sendirilah yang sanggup mengubah pengetahuan kita hingga bertambah. Dan bagi seorang disabilitas, butuh kerja ekstra keras, meski hanya untuk memahami bahasa.***
Cipeujeuh, 14 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D