Maulana, Rengganing & Bebek kalap
M
|
ENGAWASI anak kecil bukan perkara mudah. Dan Maulana, 2 tahun, pun harus alami
peristiwa horor karena kecerobohan orang dewasa sekitar. Diserang bebek!
Itu terjadi hari ketiga lebaran kala saya kedatangan kawan masa SMU, sobat
sebangku yang sudah sangat akrab dengan keluarga saya, Ai, dan suaminya yang
pegawai Perumka di Cianjur. Mereka mudik ke Cibiuk, di rumah ortu Ai.
Masih menyempatkan diri untuk menyambung silaturahim lagi setelah 12 tahun tak
bersua. Anak Ai dah 3. Yang terbesar kelas 5 SD, yang kedua 2 SD. Lelaki
dan perempuan. Sedang saya lagi hamil 9 bulan, anak pertama. Begitu jauh
berbeda kami. Ia bisa langsung nikah saat SMU, sementara saya baru 10 bulanan
nikah dengan suami tercinta.
Seperti lazimnya kawan yang dah tahunan tak
bersua, pasti ingin bertukar banyak cerita. Dan saat itu kami sedang membahas
pekerjaan saya. Tidak sadar Maulana keluar untuk menonton bebek di halaman. Ai
panik begitu Maulana menjerit. Bergegas keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Saya kaget karena baru kali ini menyaksikan bagaimana Ai bisa sepanik itu
sampai menjerit segala. Bengong mengetahui apa yang terjadi, Maulana menangis
diiringi leteran kemarahan bebek. What’s happen? Kang Syarif segera mengangkat Maulana dan
menyerahkannya pada Ai, tapi si bebek tak terima, balas ngamuk dan menyerang
kaki Kang Syarif dengan paruhnya, keras banget, pasti sakit. Padahal Kang
Syarif tak mengapa-apakannya, bahkan tidak balas menyerang dengan mendaratkan
tendangan telak seperti laiknya orang lain,
barangkali segan pada saya dan ibu padahal itu bebek tetangga yang suka
selonong duck ke halaman untuk minum dan ngadem dan memacari bebek
betina piaraan ibu, Bek.
Kami ke dalam untuk memeriksa Maulana. Ai segera membuka
celana Maulana untuk memastikan tak diserang bagian dalamnya, alhamdulillah tak
apa-apa, tidak juga tangannya. Yang diserang, lebih tepatnya dipatuk cuma
rengganing (semacam kerupuk mie dari tepung beras dan kanji) yang dipegang
Maulana. Busyet tuh bebek berani banget ma anak kecil, si Bek
saja kalem dan tak macem-macem. Belakangan saya tahu kalo bebek
itu emang galak. Susi tetangga saya yang jualan baso saja sering dipatuk
kakinya padahal ia sedang melayani pembeli dan tak sadar ada bebek
uring-uringan, pengen matuk kali atau sekadar memalak karena lapar dengan
cara khas bebek, “Hei, bagi basonya, kwek!” Dan terpaksa dijawab Susi dengan
gaya taekwondoin amatir yang kaget sekaligus sakit, “Ciat!” Membuat si pemalak
kecil itu terpaksa menyingkir dengan leteran supernyaring, “Sompret, kwek...!”
Maulana tidak menangis lagi meski butuh waktu untuk
membujuk dan menenangkannya. Saya bilang, “Jangan takut lagi, nanti kalau dah
besar gantian bebeknya yang takut pada Maulana.” Entah apakah peristiwa
tersebut akan membekas di ruang ingatan kolektifnya. Semoga ia tak fobia pada
bebek. Makhluk putih kecil yang bisa kalap dan menyerang rengganing anak kecil.
Mungkin kelaparan karena jarang dikasi makan pemiliknya, soalnya sering ikut ngabotram
alias makan bareng Bek, bikin kesal ibu karena ngabisin jatah dedak dengan
sewenang-wenang. Tidak sopan makan terus di tempat orang!
Jadi, mungkin itu semacam pelajaran bagi saya yang calon
ibu agar kelak berhati-hati dalam mengasuh dan mengawasi anak. Hewan piaraan
yang sekilas terlihat jinak pun bisa galak, entah kelaparan atau merasa
terancam. Tidak lucu jika anak kami diserang bebek yang sengaja dipelihara
untuk konsumsi plus “babagusan” penghuni rumah; penambah suara mbek, kukuruyuk
petok-petok, dan kweeek!
Lebaran depan jika berkunjung, selain kembali menghabiskan
isi stoples raginang sebab hidangan lainnya tidak doyan, semoga Maulana tidak
takut lagi pada bebek, makhluk asing yang baru “diakrabinya” di rumah ibu saya
-- sebab di rumah nenek dan orang tuanya tak ada bebek. Barangkali lebaran
depan si bebek kalap sudah menjadi hidangan dan tak bisa menyerang anak kecil
sampai betis orang dewasa lagi, wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D