Di Tanah Harapan
/Muhammad Zainal Fanani
Hanya angin dan aroma kemboja menguar
demikianlah kesepian demi kesepian itu menikam.
Di seberang, Gunung Batara Guru menjulang
diapit Gunung Nangkod yang seolah enggan melepas dekapan;
apakah kesepian itu memang demikian?
Hanya langit berawan dan bentangan pegunungan
tempat burung-burung liar berhamburan.
Kesepian itu tetap tak terpahamkan.
Apa yang kuharap sebagai hiburan?
Seorang kawan, lelaki yang menjelma qowwam.
Namun kau seolah enggan diharapkan.
Maka bagaimana aku mengucap selamat tinggal
pada segala pantulan warna silam
jika kau besikeras menolak perpisahan.
Hanya sawah dan lembah luas menghampar.
Di latar depan Gunung Batara Guru bagian kanan
Kampung Sempil terpencil dalam diam,
berbatasan dengan Kampung Babakan yang dipisah ladang.
Nun di Barat Daya, Kampung Poronggol sayup menyembul.
Apa yang mencuat dari kesunyian punggung gunung.
Kita hanya jauh sebab rindu kehilangan sauh.
Hanya sungai dan ricik air mengalir
dari hulu ke hilir dengan perjalanan panjangnya.
Apakah kisah kita akan berakhir demikian,
menuju muara asali entah sampai kapan.
#Limbangan, Garut, 6 November 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D