Hujan Bulan Mei
@CSH
Demikianlah hujan
jatuh kapan saja, seperti di bulan
Mei ini, yang kata
orang bulan kebahagiaan; berpantulan
dalam keriangan
tak tergambarkan. Namun Chopin
tiba-tiba
menyeruak tanpa diundang, memainkan partiturnya
yang murung,
seirama deras hujan dan mendung
di luar. Adakah
pada jam yang sama, kau lihat hujan juga
sembari menerka,
akankah Efrosina
mengirimkan
utusannya, berupa momen puitik
yang tak kuasa kau
tampik.
Telah kuabaikan
cuaca seolah setiap hari sama saja,
padahal musim
punya warna dan kehendak mengubah
segala apa yang
harus digubahnya, bagai komposisi Mozart
yang membuatmu
riang, seperti pada satu Mei kemarin
Sayang, The First May, Bee Gees tak bisa
kuperdengarkan
Dan kau barangkali
tersenyum, kembali bergumam,
“It’s a kind of stupid question, of course.”
Sembari memajang
ikon titik dua dan kurung kanan
Membagi senyum
seperti membagi permen Alpenliebe
rasa karamel atau strawberry, dalam kemeriahan
pesta ulang tahun
anak-anak -- yang halamannya
hampir memutih
untuk kau kenang seolah enggan
ditutur ulang.
Tetapi bukankah
Peter Pan dan Alice
in Wonderland
tak pernah mati di
negeri ajaib yang kau coba hidupkan
dalam setiap
bait-bait puisi yang juga kunikmati; kala jiwa
merasa sentimental
dan ingin mengembara ke dunia kata
tak berpeta,
barangkali Timbuktu
yang tak sebenarnya
benar-benar harus
ada.
Bukan sekadar
menolak hantaman kenyataan
yang terkadang
melimbungkan, bukan pula aku pemimpi
sejati atau puteri
tidur yang menanti ciuman seorang
pangeran yang
jatuh hati, agar berjaga dari kutukan
yang menerpa,
lantas hidup bahagia sebagaimana laiknya
dongeng dari
negeri dongeng yang pernah kita baca
Atau juga Puteri Tidur-nya Gabriel Garcia Marquez
yang kau sadur di
suatu koran dan kini menumpuk
sebagai bahan
kesejarahan yang diam-diam siap melapuk
Melainkan aku
ingin sekali menjadi bukan dari segala
bukan yang bukan,
agar kau paham bahwa aku terkadang
tak terpahamkan,
sebagaimana aku juga tak paham takdir
yang bermain-main
dalam pusaran; ketika dengan sadar
kita memilih jalan
sunyi dan panjang sebagai penyair
yang kelak mungkin
terlupakan.
Gudang, 7 Mei 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D