Rabu, 13 Desember 2017

Pentingnya Penguasaan Dasar Parenting bagi Orangtua




OLEH ROHYATI SOFJAN


DATA BUKU
Judul              :  Parenting with Heart, Menumbuhkan Anak dengan Hati
Penulis            : Elia Daryati dan Anna Farida
Penerbit          : Kaifa
Cetakan          : I, Maret 2014
Tebal              : 190 halaman
ISBN               : 978-602-7870-31-4
Harga             : Rp40.000

MENJADI orangtua bukanlah pekerjaan yang langsung bisa, alamiah, sederhana, atau mudah. Butuh semacam buku panduan untuk memahami fungsi dasar parenting (keayahbundaan) sebagai pembekalan agar orangtua bisa memosisikan diri dalam keluarga terhadap tumbuh kembang anak sesuai tuntutan zaman.
Bagaimanapun, menjadi orangtua dan anak adalah posisi kesejajaran. Sudah saatnya orangtua membuka perspektif baru tentang cakrawala kehidupan anak dan pola pengasuhan berdasarkan asah (pemberian bekal kognitif dari sekolah dan aneka pelajaran), asih (pemenuhan kebutuhan pokoknya), dan asuh (bonding/ikatan emosional dan spiritual).
Elia Daryati dan Anna Farida dengan tajam dan mengena berbagi banyak hal mengenai ilmu parenting  berdasarkan pengalaman mereka sehari-hari dalam buku Parenting with Heart, Menumbuhkan Anak dengan Hati.
Elia Daryati R. adalah psikolog, pembicara di berbagai seminar bidang psikologi terapan bertema psikologi perkembangan dan pendidikan. Pengalamannya menangani berbagai kasus keayahbundaan membuatnya dipercaya mengasuh rubrik konsultasi psikologi di Harian Pikiran Rakyat. Sedang Anna Farida adalah guru sekolah dasar dan menengah merangkap konseling BP. Keduanya bermukim di Bandung.
Ada banyak segi menarik yang dikupas dalam buku ini. Isi dibagi dalam beberapa bagian yang runtut menjelaskan.
Dalam Konsep Diri, kita akan disadarkan bahwa mendidik anak tidak seperti membuat kue bolu, kita sedang mendidik kakinya. Pembahasan berbagai kasus dalam pola pengasuhan anak yang menimbulkan masalah berikut solusi yang harus direnungkan. Sebab, anak-anak berupaya menemukan konsep dirinya mengenai siapakah aku, dan tugas orangtua membantu anak menemukan hal tersebut dengan cara tepat.
Kita bisa becermin dari buku ini tentang beragam kasus yang tepat dan tidak tepat berdasarkan pengalaman Elia dan Anna. Penanganan perbedaan karakter anak, penerapan standar yang salah, orangtua paruh waktu yang kehadirannya tak menyamankan anak, orangtua tunggal, ketika anak tidak percaya diri, pemahaman ritualitas agama yang salah karena tak berdampingan dengan spiritualitas, anak tidak bisa di-joki-kan, fungsi ayah dan ibu kala pemisahan peran, penerapan disiplin, pola pengasuhan, menuntun anak agar yakin berdiri sendiri, arti bicara dan mendengarkan, jangan over protective, anak pun bisa stres, mengasuh ala kawat dan kain.
Anak anak itu ibarat gelombang radio. Ketika dia merasa menemukan kecocokan dengan frekuensi tertentu, di situlah suaranya terdengar bening. Jadi, orangtua bukan sekadar penangkap gelombang radio tetapi juga pemancarnya (hlm. 13).
Anak bukanlah sekadar objek yang diarahkan sesuai cita-cita dan keinginan orangtua, melainkan subjek yang memiliki perasaan, pemikiran, dan kesadaran yang unik dan berpotensi luar biasa. Bisakah kita sebagai orangtua menyelaraskan tujuan hidup agar anak-anak yang merupakan amanah bisa kita kembalikan pada Allah dengan kepala tegak, bersih seperti keadaan semula?
Dalam Komitmen, disadari ataupun tidak, jadi orangtua itu pilihan. Jika kita telah memilih sebagai orangtua, maka bagaimanakah peran kita dalam menempatkan me time, rezeki, game atau film porno yang dicandui anak, posisi guru, umpatan, kala posisi orangtua distigma anak, kalah pengaruh, dan upaya merebut posisi agar semestinya.
Butuh perjuangan sekaligus pengorbanan. Yang terberat memang jikalau anak salah langkah karena kita salah memosisikan diri dalam pilihan tersebut.
Parenting with Heart dengan ringan dan bernas menjabarkan masalah selalu ada solusi, tinggal seberapa kuat niat dan upaya orangtua untuk mengubah diri agar keadaan bisa saling menyamankan dalam harmonisasi yang utuh. Komunikasi dua arah merupakan kunci utama yang jangan terabaikan.
Dalam Nightmares, setiap zaman ada penawarnya, dan kebenaran tidak akan berubah hakikatnya. Bagaimanakah menghadapi mimpi buruk dalam kenyataan hidup? Hidup tidak selalu manis, tidak selalu baik. Keburukan tak lebih dari pasangan kebaikan, tinggal peran orangtua untuk mengarahkan, mengayomi, dan melindungi anak.
Pendidikan seks bagi anak, amarah anak, kebohongan anak, anak mencuri, membangkang, penakut, arti pintar, pemisahan gender, bullying, dan pelabelan adalah hal-hal yang melingkupi kehidupan anak dewasa ini.
Bagian terakhir, Berdamai dengan ABG, betapa Elia dan Anna berupaya melengkapi buku kecil namun padat ini dengan pola kesinambungan. Tahapan anak menjadi ABG berikut kasus-kasus yang dialaminya, memberi nilai tambah pengetahuan bagi yang peduli pada fungsi keayabundaan.
 “Dan tibalah saatnya kulonggarkan genggaman dan mulai jadi teman baikmu.”
Di sinilah masa perebutan peran orangtua dan pengaruh luar bagi hidup anak. Ketika anak bukan kanak-kanak lagi, tentu banyak hal yang berubah, barangkali orangtua pun harus berubah dalam artian positif. Berupaya keras dengan memahami anak agar anak pun memahami orangtua. Jangan lupakan pula relasi segitiga antara anak, orangtua, dan Tuhan!
Ada beberapa typo dan salah pilihan kosakata dalam buku ini, secara pribadi Anna Farida pun mengakui, namun dalam cetakan kedua telah direvisi dan ditambahi beberapa bagian mengenai kejahatan seksual pada anak. Benar-benar buku yang wajib dimiliki orangtua yang peduli fungsi keayahbundaan, ditulis dalam bahasa yang enak dibaca pula!***
Cipeujeuh, 9 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D