Oleh Rohyati Sofjan
DATA BUKU
JUDUL : GADIS DOLLY
PENULIS : UNTUNG WAHYUDI
PENERBIT : 3M MEDIA KARYA
CETAKAN : PERTAMA, FEBRUARI 2014
TEBAL : II + 138 HALAMAN
ISBN : 978-602-7847-11-8
HARGA : Rp37.000
SEBAGAI seorang peresensi buku yang mumpuni, Untung Wahyudi ternyata tahu titik kuat fiksi dan berupaya
menerapkannya dalam kumcer Gadis Dolly.
Boleh dikata, dari 14 cerpennya, nyaris semua diwarnai tegangan ending twist. Ada yang biasa dan ada
pula yang memikat.
Hal yang biasa dan memikat berdampingan sebagai
bagian diri Untung Wahyudi sendiri. Meramu kisah kehidupan dalam balutan fiksi.
Kisahan yang ia angkat dari beragam peristiwa. Peristiwa yang menggetarkannya.
Kita mulai dengan cerpen “Gadis Dolly”, sebuah
pemaparan tentang sisi lain dunia prostitusi di kawasan Dolly, Surabaya. Masih ada pelaku prostitusi yang memiliki segi
positif dalam hidupnya yang distigma negatif karena menjual tubuh. Ia
melakoninya karena keterpaksaan bukan niatan. Seorang korban dari kerasnya
kehidupan. Meski telah menjadi korban, ia masih memiliki jiwa kepedulian sosial
yang tinggi. Menjadi pendamping bagi anak-anak dari teman seprofesi.
Ada tegangan twist
yang cantik. Untung Wahyudi membiarkannya seakan menggantung karena tokoh Dewi
meninggal akibat tabrak lari. Meninggalkan aku-tokoh yang santri dan sebelumnya
dimintai pertolongan untuk meneruskan perjuangannya. Ada pertanyaan mendasar,
mengapa bisa terjadi tabrak lari?
Inilah yang dimaksud dengan twist, sesuatu yang tak terduga. Dan jika merujuk pada teori
sastra, twist “Gadis Dolly” memenuhi 3
teori: discovery (karakter utama berjumpa
dengan karakter lain yang tak ia sangka identitasnya), peripeteia (karakter lain malah harus berakhir secara tragis
padahal ia seorang protagonis), dan cliffhanger
(itu bukan judul film yang dimainkan Silvester Stallone melainkan ending yang menggantung).
Sebaliknya, dalam “Kekasih Rahasia”, aku tokoh
berhadapan dengan kenyataan bahwa sahabat baik yang sekamar kos menyukainya
lebih dari sekadar sahabat padahal mereka sama-sama lelaki.
Untung Wahyudi tidak menghakimi, ia membuat twist jenis discovery (karakter utama harus berhadapan dengan fakta tak terduga
dari karakter lain). Lalu Chekov’s gun,
karakter yang dari awal terlihat baik ternyata tidak seperti yang dipikirkan. Lagi-lagi ia membiarkan akhir yang menggantung
ala cliffhanger: dihantam bingung!
Sebagai pelahap buku, Untung Wahyudi, tampaknya
memahami dengan baik cara menulis fiksi dan mempraktikkan teori sastra untuk
menunjang kekuatan cerita dalam karyanya.
Gaya bertuturnya cenderung ringan dalam balutan
sastra pop. Buku ini boleh dikata ditujukan untuk kaum remaja. Meskipun
demikian, ada banyak segi menarik dalam Gadis
Dolly untuk dibaca siapa saja selain remaja. Kisahan sarat hikmah. Dari
perjuangan, kritik sosial, kebobrokan moral, cinta ditolak dukun bertindak,
mencari jodoh, kehidupan di pesantren dengan segala pernak-perniknya, sampai
kenyataan tersembunyi.
Dan semuanya sarat dengan tegangan twist yang menghipnotis.
Saya suka cerita “Permintaan Sang Protagonis”.
Bagaimana bisa tokoh fiksi yang diciptakan aku-tokoh dari skenario untuk
sinetron “Putri yang Tertindas”, mendadak mendatangi “sang penciptanya”,
menuntut agar bertukar peran menjad antagonis karena sudah bosan menjadi orang
malang yang ditindas melulu.
Ia melanjutkan aksi protesnya dengan menulis-ulang
naskah skenario disaksikan aku-tokoh yang melongo. Saya suka dialog-dialognya. Dialog
yang terjadi antara aku-tokoh dengan tokoh-protagonis-yang-bosan-dan-ingin-antagonis
terasa ironis.
Untung Wahyudi seakan ingin memuntahkan rasa muak
akan sinetron yang tayang di aneka saluran televisi, balutan tema seragam mengenai
peran protagonis-antagonis yang itu-itu saja sungguh tidak kreatif dan stagnan.
Jika Anda ingin tahu lebih banyak bagaimana ragam twist ala untung Wahyudi, baca saja “Gadis
Dolly”. Di sinilah hasil kerja keras Untung Wahyudi bertebaran dalam upaya
mempraktikkan teori sastra yang diserapnya.
Saya baca paparan Mbak Fatimah Azzahrah (editor
Media Pressindo) di group PEDAS (Penulis dan Sastra). Twist terbagi dalam 11 bagian: discovery
(fakta atau identitas karakter lain yang tak terduga); potongan flashback yang belum komplet namun
mendekati akhir cerita akan terungkap misterinya; unreliable narrator semacam manipulasi narasi sehingga menggiring opini
pembaca; peripeteia ketika nasib
protagonis berubah tragis secara mendadak; Deus
ex macchina (God out of the machine), hadirnya satu karakter baru yang
menyelesaikan masalah dengan mudah; poetic
justice, kebaikan mengalahkan kejahatan; Chekov’s gun, semacam permainan karakter, yang dikira baik ternyata
sebaliknya; red herring, menunjukkan false clue (tanda palsu) sehingga konklusi
yang tercipta jadi salah; into the middle
of things, ketika cerita dimulai di tengah-tengah plot (ehm yang ini bikin
saya mikir karena gak paham, hehe); non-linear narrative, membeberkan cerita
dengan alur yang tak linear; reverse
chronology, semacam alur mundur; terakhir, cliffhanger, ending yang
menggantung.
Gadis
Dolly adalah upaya total dari Untung
Wahyudi sendiri untuk menyenangkan pembacanya. Sampulnya yang pink terasa girly. Namun balutan manis tersebut
menawarkan beragam petualangan tak terduga.
Selamat baca.***
Cipeujeuh,
9 Januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D