Sent: Thursday, July 17, 2008 7:55:59 AM
Subject: Menjawab Surel "Dunia Pengarang adalah Dunia yang Egois"
Rabu, 9 Juli 2008
Saya sedang menonton Smallville di Trans7 sambil membaca cetakan surel yang masuk inbox [hidden email].
Baiklah, jika aneka komik sampai film Superman telah mengawali kosakata
baru saya tentang dunia jurnalistik kala masih kanak-kanak sebagai
sesuatu yang terasa hebat kemudian melambungkan pada dimensi lain:
seorang wartawan super bernama Clark Kent yang pahlawan sebagai idola
dunia maya; lalu pada akhirnya tangan takdir malah memperkenalkan saya
pada seorang Clark Kent lain yang nyata, bukan manusia super melainkan
orang biasa yang manusiawi. Dan kala YM-an siang tadi, ia mengajarkan
sisi lain kehidupan, sisi yang sebelumnya tak pernah saya peroleh dari
orang/lelaki lain. Tidak ayah, abang, rival, kawan, mantan pacar, sampai
psikopat saya.
Ketahuilah, jika tak ada Clark Kent/Kal-El/Superman, barangkali saya
tak begitu peduli pada dunia menulis. Mungkin tak akan berada di jalur
ini, apalagi mengenal kawan-kawan tak terbayangkan. Dan saya
mensyukurinya.
Namun rasa syukur itu terusik kala membaca surel Sayyid Madany Syani
--Dunia Pengarang adalah Dunia yang Egois. Ada kegetiran di sana .
Ya, seegois apa kita? Orang biasa yang (mungkin) merasa luar biasa
dengan menyandang gelar pengarang/sastrawan/penyair.
Saya tinggal di sudut kampung suatu lereng gunung (atau daerah
berbukit-bukit), dan merasa jauh dari hiruk-pikuk dinamika sastra
berikut konfliknya. Tak tahu menahu soal acara temu-temuan. Boleh dikata
kuper. Di kota kecamatan sekira 3 km kurang-lebih, alhamdulillah, ada
warnet (sejak pertengahan Januari 2008). Namun itu tak menjamin saya
untuk tahu banyak hal. Bahkan ibu saya pernah menentang dunia menulis
dengan alasan pragmatis yang picik (sekarang sedang berusaha
menyakinkannya dengan beberapa honor pemuatan). Ia bukan bagian dari
kalangan terdidik. Lalu bagaimana dengan yang terdidik? Sejujurnya
kebanyakan mereka tak peduli!
Sayyid, jangankan anak SMA zaman sekarang, zaman SMU saya dulu pun
parah (1994-1997). Berbeda dengan masa SMP, pelajaran bahasa Indonesia
di Al Fatah begitu menghancurkan. Saya jatuh pada titik jenuh.
Materinya barangkali tak jauh beda dengan sekarang. bahkan saat ujian
Ebta/Ebtanas saya lemas membaca lembaran soalnya, banyak materi yang tak
diajarkan guru. Itu melampaui apa yang pernah saya peroleh. Pertanyaan
tentang sastra jauh lebih sulit daripada tata bahasa. Harus menjawab
pertanyaan isi buku sastra yang tak pernah saya baca bahkan tahu
judulnya, menaknai puisi pula! bagian pertanyaan esai saya jawab
sekenanya. Malah ada bagian mengarang yang tak saya lanjutkan karena
waktu mepet, cuma bisa menulis dikit dan dengan tambahan kurang ajar:
MAAF TAK MOOD MELANJUTKAN CERITA INI!
Gila, kan ?! Untung saya lulus, nilai Sosiologi lebih bagus dan menyelamatkan NEM saya.
Entah bagaimana jika ada anak SMA yang ngasal kayak saya untuk UAN?
Sayyid, jika akar masalahnya ada di sekolah (dasar-menengah),
mengapa tak menerjunkan kaum kita ke sana ? Saya pun bingung dengan
konflik atau klik-klikan antarkubu penulis.
Yang baru bisa saya lakukan adalah menyumbangkan beberapa buku dan
majalah sastra untuk perpus SMU Al Fatah sebagai pengganti
ketidakhadiran acara reuni, Desember 2007. Berikut surat pengantar untuk
Ipih kawan saya yang kini jadi bidan di Puskesmas Limbangan. Surat itu
malah dibacakan di acara reuni.
Ya, saya berharap langkah kecil itu berarti. Agar adek-adek kelas
tak mengalami nasib apes kayak angkatan saya: miskin wawasan karena
ketiadaan bahan bacaan sebagai mesiu kehidupan agar siap tempur!
Sesungguhnya kita masih bisa berbuat banyak, ya, Sayyid? Masalahnya,
seberapa gigih berupaya? Apakah acara sastra tak lebih dari upacara
seremoni hampa makna, cepat bergema lalu hilang kemudian? Kayak
musim-musiman. Lalu, mana yang lebih penting: HASIL atau APA YANG MASIH
BISA DILAKUKAN? (Mengutip nasihat Clark Kent saya tadi.)
Ini Indonesia ! Hahaha
.
Salam hangat,
Rohyati Sofjan di Limbangan Garut
www.rohyatisofjan.multiply.com
NB.
1. Lain kali kirim surel ke alamat japri di [hidden email].
2. Di yahoo.com (gurun_vanbandung, sobahul_lail, dan rohsophia pada kacau- balau.
3. Untuk milis [hidden email]
4. YM [hidden email]
5. Salam kenal untuk nama-nama di bagian to. Ada beberapa
yang tak saya kenal secara langsung maupun tak langsung. Mohon maaf jika
ada ucap yang tak berkenan dan terima kasih banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D