Kutu Air dari Sawah
Telah menyebar di atas kedua
kakiku.
Hasil yang kuperoleh kala dua jam
sudah mengaduk-aduk
lumpur sawah, agar tanahnya gembur
dan saluran air
bisa meresap; padahal sebelumnya
tak apa-apa.
Barangkali tubuhku tak imun lagi
setelah tiga tahun
berdiam dan bekerja selaku orang kota dalam jalur niaga.
Dan kini kutu air yang semula
terasa jinak saja, menipuku
dengan bentol-bentol merah seperti
habis digigit serangga.
Ada puluhan bentol jumlahnya.
Barangkali tiap bentol merupakan
koloni dari statistika
kuman tak terhingga,dan gatalnya
jangan tanya.
Aku tak boleh menggaruk atau tambah
parah jadinya.
Salep Pagoda dari warung Haji Ayu
tak mempan rupanya.
Aku tak punya sabun antiseptik
khusus, yang ada hanya
sabun keluarga Lifebuoy. Kau punya
apa
untuk mengatasi tusukan di kedua
kakiku,
bahkan mencapai betis saat uangku
habis?
Aduh, tak bolehkah aku mengaduh
atau mengeluh
atas segala gatal-gatal tak
tertahankan.
Ini hari keda kuman menyebar, dari
aliran air sawah
yang terkontaminasi kotoran bebek
gembalaan.
Kuman-kuman ini tak mempan dibasmi
salep Pagoda.
Barangkali aku butuh sesuatu yang
lebih keras,
merendam kakiku di dalam air panas
campur cairan antiseptik.
Atau lebih baik berendam di Cipanas
jika punya uang
untuk ongkos jalan.
Bersenang-senang melupakan beban
jadi petani amatiran dan serangan
kutu air kurang ajar
yang menyebar sampai tangan kanan.
Besok masih ada hari dan aku masih
harus terus turun
ke sawah. Barangkali aku harus
disuntik zat tertentu
agar imun dari segala macam
kesialan.
#Limbangan, 31 Maret 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D