Kabar dari Tanah Api
/Fakhurradzie M.G.
Kau kirimi aku kabar demi kabar
dari tanah terbakar
lalu musnah disapu gelombang dari
dasar lautan
-- yang konon pengaruh gravitasi
bulan.
Seolah belum cukup juga darah dan
airmata
memadati jiwa-jiwa yang lantak
dicabik perang
tak berkesudahan.
Rencong
dan ganja!
Siapa yang terhuyung, mabuk atau
berdarah?
Rencong
dan ganja!
Ada bedil menyalak dan darah muncrat.
Lalu bom meledak dan daging
terburai, mengasap.
Siapa di antara?
Diplomasi melingkar-lingkar dari
perseteruan
tak
terpahamkan.
GAM dan RI dan rakyat sendiri.
Membuahkan pedih bagi kau sebagai
saksi.
Menyusuri sudut gampong demi
gampong
yang
tersisa cuma lidah api, puing, abu,
aroma
sengak mesiu, anyir darah,
dan
letupan ketakutan-tangisan-kemarahan.
Inong-inong melahirkan dendam dari
rahim sendiri
yang
diperkosa serdadu-serdadu dari negeri angkara;
dan kaum lelakinya
diculiki prasangka.
Anak-anak kehilangan cahaya.
Rencong
dan ganja!
Kini masihkah kakimu berpijak
usai
tsunami
menggulung
semua
cinta
dan petaka.
Rencong
dan ganja!
Adakah rencong dalam jiwamu?
Sebagaimana moyangmu bersumpah
mengusir kaum kape
dengan
darah.
Seperti apa, Radzie, dukkha
itu telah kau bagi
tidak semata lewat www.acehkita.com saja atau Multiply.
Aku di sini, jauh dari desing
peluru, ledakan bom, ranjau,
caci-maki, gemuruh ratapan,
gelimpangan mayat tak dikenal,
sampai kabar orang hilang -- dan
aneka pengkhianatan.
Lalu kota dan kampung yang digulung gempa dan air
bah
sebagai
intro panjang.
Seperti apa, Radzie, dukkha itu
jangan kau sulang
sendiri.
Seperti apa, Radzie, darah kita
sama merahnya,
mengisi jiwa yang diam-diam merapuh
digerogoti benci
karena
ideologi.
Seperti apa, Radzie, kilat di
matamu masih menikam?
#Bandung, 25 Juni 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D