Karena Kau Miskin
Karena kau miskin, maka kau layak
menerima dana kompensasi BBM
yang dianugerahkan pemerintah.
Demikianlah stiker itu tertera
dengan pongah di luar dinding
rumah.Barangkali di kaca jendela depan,
sebagaimana yang lainnya. Para
tetangga senasib atau rakyat jelata
di seluruh pelosok negeri ajaib
yang kau dan mereka diami
sebagai bagian dari garis klan
nenek moyang.
Karena kau miskin, maka jangan
malu-malu dengan stiker kuning-hitam
menyala, mengabarkan Rumahtangga
Miskin yang tipografi kalimatnya
tak gramatika. Apa salahnya hidupmu
disubsidi dari harga-harga
yang seketika dinaikkan mereka yang
merasa gengsi -- atau kemaruk --
jika standar hidup serba murah dan
mudah. Toh, barangkali kita
harus berjalan dalam putaran nasib
tak menentu karena diam-diam
kita sudah kelewat pasrah dan tak
tahu bagaimana meletakkan
proporsi muak tanpa tuduhan
subversi.
Karena kau miskin, maka terimalah
stempel yang tertera di jidatmu
secara abadi sebagai abdi pemikul
utang siluman.
Mungkin kau akan cemas pada
anak-anak yang kelak kau lahirkan
-- atau tetaskan --, sebab mereka
harus mengemban amanat
sebagai pembayar utang yang tak
boleh khianat,
utang yang tak sanggup mereka pikul
apalagi lunasi selain
dengan cara berutang pula.
Demikianlah hikayat utang
secara turun-temurun itu
diwariskan.
Karena kau miskin, maka galilah
lubang
untuk makammu sendiri, di negeri
ajaib
yang optimis campur pesimis berbagi
jerit.
#Limbangan, 11 Maret 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D