Oleh:
ROHYATI SOFJAN
SELAIN penulisan ISBN, ukuran dan ketebalan buku, tahun
cetakan merupakan sertaan wajib bagi buku terbit. Sangat penting dimuat karena
akan merujuk pada data buku.
Apakah
buku tersebut masuk kategori lama atau baru, dan sudah berapa kali mengalami
cetak ulang (sekaligus revisi, kalau perlu). Memandu pembaca bahkan peresensi
buku sendiri. Membantu penulis buku dalam hal penerimaan royalti, membantu
penerbit untuk melaksanakan kewajiban sekaligus ajang kebanggaan jika bukunya
ternyata laku dan masuk kategori cetak ulang.
Ada
buku yang memuat data cetakan dengan menyertakan bulan dan tahun, ada yang
cukup tahun saja. Entah untuk alasan gengsi atau praktis, apa pun pilihan yang
diajukan penerbit, setidaknya data cetakan tersebut bisa merujuk sebagai
peringkat, rangking yang memuaskan dalam pemasaran dan penjualan atau
sebaliknya mengecewakan.
Dua
buah buku laris karya Habiburrahman El Shirazy terbitan Republika dan Basmala
yang saya miliki dengan bangga memampangkan data cetakan lengkap berupa bulan
dan tahun terbit. Cetakan 34, Maret 2008
untuk novel Ayat-ayat Cinta. Cetakan
15, April 2008 untuk Ketika Cinta Bertasbih 1. Prestasi yang menggembirakan
untuk memberi harapan masih ada peluang bagi buku mana pun menembus kategori best seller.
Sebaliknya,
ada juga penerbit yang “konsisten” hanya menyertakan tahun terbit saja. Dua
buku laris karya Valiant Budi (Vabyo) yang saya koleksi menunjukkan trafik
menggembirakan, selalu ada buku pendobrak visioner pembaca yang beroleh tempat
(sekaligus dicerca).
Valiant
menuliskan kisah nyatanya kala menjadi TKI di Saudi, pengalaman bekerja sebagai
barista di kafe bertaraf internasional menjadi bahan untuk memperkaya khazanah
pengetahuan kita akan bagaimana ragam dunia luar itu sebenarnya. Kita bisa
percaya atau tidak, terserah yang baca. Meskipun demikian, di tengah cerca yang
telah diterimanya, kedua buku Valiant malah laris. Unsur isi dan rasa penasaran
pembaca, berikut pemasaran dan distribusi yang baik dari Penerbit GagasMedia,
mendorong buku masuk kategori best seller.
Kedai 1001 Mimpi
yang saya miliki telah masuk cetakan kelima untuk tahun 2014 s etelah terbit pertama kalinya di entah bulan
berapa pada tahun 2011. Sedang kelanjutannya Kedai 1002 Mimpi masuk cetakan kedua untuk tahun 2014 setelah
terbit pertama kalinya pada tahun itu juga.
Habiburrahman
dan Valiant adalah dua dari sebagian kecil penulis Indonesia yang mampu eksis,
menyuguhkan karya penuh warna yang fenomenal atau kontroversial. Yang jelas,
selalu masih ada celah bagi penulis dan penerbit mana pun untuk menyajikan yang
terbaik bagi pembaca dengan jangkauan pemasaran lebih luas.
Sesungguhnya,
apa pun pilihan penerbit untuk memampangkan tahun cetakan terbit dengan atau
tanpa tanggal menunjukkan dualisme wajah perbukuan kita. Kebanggaan atau
kemandekan. Ada penerbit yang barangkali lebih baik ambil jalan aman dengan
cukup memampangkan tahun terbit saja pada cetakan. Kekurangannya, pembaca yang
hendak meresensi dan kuper info
teraktual bisa jadi bingung apakah buku tersebut masih kategori baru dan segar
atau lama.
Meresensi
adalah pekerjaan “mulia” bagi dunia penerbitan sendiri. Buku baru terbit bisa
dikupas secara kritis oleh peresensi. Dimuat di media massa cetak atau internet
untuk menyebarkan kelebihan dan kekurangan buku yang bersangkutan, selain
bagaimanakah isinya. Peresensi adalah bagian dari pembawa promo buku sendiri
setelah penulis dan penerbit (berikut media yang memuat resensinya).
Singkatnya, pekerjaan meresensi sendiri adalah upaya memperkenalkan buku baru
pada khalayak masyarakat.
Ada
banyak buku bagus dan baik. Buku menarik untuk diresensi meski tahun terbit
pada cetakannya termasuk kategori lama. Menimbulkan tanda tanya, apakah buku
tersebut kurang laku, kurang populer, pemasaran dan distribusi mandek, tetapi
masih layak untuk diupayakan peresensi agar disertakan naskahnya ke media massa
tanpa khawatir hangus karena kedaluwarsa?
Selalu
ada buku mana pun yang layak beroleh tempat untuk diperkenalkan pada khalayak
pembaca secara lebih luas jangkauannya. (*)
Cipeujeuh, 26 Maret
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D