Sabtu, 18 November 2017

Bu Denda



Cernak Rohyati Sofjan


K
ami menyebutnya Bu Denda, beliau guru aneh yang menetapkan aturan denda di kelas, guru yang menjadi wali kelas kami. Padahal nama sebenarnya adalah Bu Rahma Kaylila, nama yang bagus. Orangnya cantik dan rapi, dan sebagai guru sebenarnya punya cara mengajar yang asyik. Sayangnya beliau hobi menerapkan aturan dengan denda sebagai hukuman bagi yang melanggar. Dan itu yang bikin kami tak nyaman.
“Mengapa sih Bu Rahma hobi banget denda kita?” Keisha misuh-misuh tak rela karena barusan ia didenda seribu gara-gara ketahuan Bu Rahma buang sampah sembarangan. Uang denda itu akan masuk kas kelas dan bukan saku Bu Rahma, tapi Keisha yang terkenal pelit merasa sayang “buang uang” gara-gara buang sampah sembarangan.
Aku nyengir, dalam hati berujar, rasain. Aku sendiri sampai saat ini belum pernah didenda Bu Rahma.
Aturan Bu Rahma tentang denda menyangkut banyak hal: merusak fasilitas sekolah disuruh mengganti, buang sampah sembarangan didenda seribu, bikin keributan saat sedang tak ada guru akan didenda 2 ribu, ribut di kelas kala ada guru didenda 5 ribu, tidak bikin PR didenda 10 ribu, mencontek didenda 20 ribu, berantem dengan teman anehnya disuruh traktir seisi kelas. Rasanya kami bisa dibikin tongpes, hehe.
Yang makmur adalah kas kelas yang dibendaharai Sita. Namun biasanya hasil denda itu untuk hal-hal yang berkaitan dengan kelas kami, semacam tambahan dana mandiri, jadi kala ada yang sakit, atau meninggal, atau untuk acara apa saja selalu ada tambahan dana.
Mungkin Sita senang karena ia jadi tak pusing cari dana, ngumpulin iuran sumbangan dari anak-anak sekelas tiap Senin  yang cuma seribu untuk 25 murid barangkali tak cukup. Namun Sita malah bilang beban tanggung jawabnya berat, jadi ia harap teman-teman mematuhi aturan, karena uang yang dipegang masuk koperasi sekolah dulu.
Keisha yang pelit namun sembarangan adalah korban paling sering untuk jadi donatur denda ala Bu Rahma. Aku heran mengapa Keisha selalu lupa buang sampah pada tempatnya, menurutku itu jorok dan tak tertib. Bukankah bersih itu indah, namun Keisha malah melotot kala kuajukan pertanyaan itu. Bikin males saja nanyain lagi, bukan apa-apa takut didenda gara-gara berantem dengan Keisha, dan aku tak kuat jika harus mentraktir teman-teman sekelas. Waduh.
Pasti ada tujuan mengapa Bu Rahma menerapkan aturan denda, ia ingin kami didiplin, teratur, tertib, bersih, rajin, rapi, dan rukun. Sayang tak semua anak paham meski Bu Rahma berulang kali menegaskan alasannya, sepertinya perjuangan Bu Rahma tidak mudah namun beliau seperti  tak menyerah.
Dengar-dengar kabar, ada kelas lain yang juga menerapkan aturan denda macam Bu Rahma namun tak berhasil, mungkin karena kurang konsisten, namun Bu Rahma juga tak segan mendenda anak lain kelas jika ketahuan melanggar aturan. Dan Pak Kepsek konon mendukung.
Fiuh, Keisha yang misuh-misuh beranjak masuk kelas, jam istirahat berakhir. Aku mengekor di belakangnya dan duduk sebangku dengan Keisha. Ia temanku, aku harap semoga Keisha bisa sadar dan mengubah kebiasaan jeleknya seiring waktu.
Tepat ketika semua anak telah masuk kelas, Bu Rahma masuk. Beliau menebar senyum dan salam pada kami semua. Senyum yang tulus dan ramah. Ah, Bu Rahma!***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D