Cernak Rohyati Sofjan
K
|
ami menyebutnya Bu Denda, beliau guru aneh yang
menetapkan aturan denda di kelas, guru yang menjadi wali kelas kami. Padahal
nama sebenarnya adalah Bu Rahma Kaylila, nama yang bagus. Orangnya cantik dan
rapi, dan sebagai guru sebenarnya punya cara mengajar yang asyik. Sayangnya
beliau hobi menerapkan aturan dengan denda sebagai hukuman bagi yang melanggar.
Dan itu yang bikin kami tak nyaman.
“Mengapa sih Bu Rahma hobi
banget denda kita?” Keisha misuh-misuh tak rela karena barusan ia didenda
seribu gara-gara ketahuan Bu Rahma buang sampah sembarangan. Uang denda itu
akan masuk kas kelas dan bukan saku Bu Rahma, tapi Keisha yang terkenal pelit
merasa sayang “buang uang” gara-gara buang sampah sembarangan.
Aku nyengir, dalam hati
berujar, rasain. Aku sendiri sampai saat ini belum pernah didenda Bu Rahma.
Aturan Bu Rahma tentang denda
menyangkut banyak hal: merusak fasilitas sekolah disuruh mengganti, buang
sampah sembarangan didenda seribu, bikin keributan saat sedang tak ada guru
akan didenda 2 ribu, ribut di kelas kala ada guru didenda 5 ribu, tidak bikin
PR didenda 10 ribu, mencontek didenda 20 ribu, berantem dengan teman anehnya
disuruh traktir seisi kelas. Rasanya kami bisa dibikin tongpes, hehe.
Yang makmur adalah kas kelas
yang dibendaharai Sita. Namun biasanya hasil denda itu untuk hal-hal yang
berkaitan dengan kelas kami, semacam tambahan dana mandiri, jadi kala ada yang
sakit, atau meninggal, atau untuk acara apa saja selalu ada tambahan dana.
Mungkin Sita senang karena ia
jadi tak pusing cari dana, ngumpulin iuran sumbangan dari anak-anak sekelas
tiap Senin yang cuma seribu untuk 25
murid barangkali tak cukup. Namun Sita malah bilang beban tanggung jawabnya
berat, jadi ia harap teman-teman mematuhi aturan, karena uang yang dipegang
masuk koperasi sekolah dulu.
Keisha yang pelit namun
sembarangan adalah korban paling sering untuk jadi donatur denda ala Bu
Rahma. Aku heran mengapa Keisha selalu lupa buang sampah pada tempatnya,
menurutku itu jorok dan tak tertib. Bukankah bersih itu indah, namun Keisha
malah melotot kala kuajukan pertanyaan itu. Bikin males saja nanyain lagi,
bukan apa-apa takut didenda gara-gara berantem dengan Keisha, dan aku tak kuat
jika harus mentraktir teman-teman sekelas. Waduh.
Pasti ada tujuan mengapa Bu
Rahma menerapkan aturan denda, ia ingin kami didiplin, teratur, tertib, bersih,
rajin, rapi, dan rukun. Sayang tak semua anak paham meski Bu Rahma berulang
kali menegaskan alasannya, sepertinya perjuangan Bu Rahma tidak mudah namun
beliau seperti tak menyerah.
Dengar-dengar kabar, ada kelas
lain yang juga menerapkan aturan denda macam Bu Rahma namun tak berhasil,
mungkin karena kurang konsisten, namun Bu Rahma juga tak segan mendenda anak
lain kelas jika ketahuan melanggar aturan. Dan Pak Kepsek konon mendukung.
Fiuh, Keisha yang misuh-misuh beranjak masuk
kelas, jam istirahat berakhir. Aku mengekor di belakangnya dan duduk sebangku
dengan Keisha. Ia temanku, aku harap semoga Keisha bisa sadar dan mengubah
kebiasaan jeleknya seiring waktu.
Tepat ketika semua anak telah
masuk kelas, Bu Rahma masuk. Beliau menebar senyum dan salam pada kami semua.
Senyum yang tulus dan ramah. Ah, Bu
Rahma!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D