Selasa, 18 Maret 2014

#MyDreamVacation: Dari Nepal Sampai Maroko




Mengapa Nepal



Seno Gumira Ajidarma dalam artikel perjalanannya di majalah Intisari dan Jakarta-Jakarta membuatku penasaran untuk menjelajah Nepal. (Intisari No. 390, Januari 1996; Intisari  No. 395, Juni 1996; Jakarta Jakarta  No. 500, 3-9 Februari 1996.)

Aku suka alunan bahasa Seno yang puitis, berat dan mengalun. Membuatku berimajinasi tentang Nepal. Kathmandu dan lorong-lorong jalannya yang dipenuhi geletakan sapi-sapi putih tanpa diusik sesiapa; upacara di kuil-kuil Hindu dan Budha; para Hippie yang keleleran ngeganja; melihat Puncak Himalaya; sampai bagaimanakah demonstrasi berlangsung di sana.

Dan artikel langlang Seno melambungkan imajinasiku merangkai fiksi dalam bingkai Kathmandu. Sebuah cerpen berjudul “ABU”. Dimuat di majalah Kartika edisi Juli-Agustus 2010, dan kupajang di blogku ini.

Aku terobsesi untuk mencari tahu lebih banyak tentang Nepal, terutama Kathmandu. Blogwalking ke sekian travelblog. Aku butuh lebih banyak info demi melanjutkan kisah Abu yang lainnya. Sahabatku Mutiara Aryani ngotot bahwa aku harus melanjutkan kisah Abu. Aah, gila rasanya karena aku ingin memakai latar Nepal lagi. Kalau bisa lebih mendetail.

Jadi, inilah alasanku mengapa ingin melanglang ke Nepal sebagai destinasi tujuan. Aku mencari eksotisme dari petualangan. Tapi aku hanya seorang pemimpi, emak satu anak dan istri seorang buruh tani yang tak mungkin bisa ke sana selain mengisahkan impianku di sini.

Kupikir kisah tentang Nepal jarang difiksikan. Makanya aku penasaran ingin menjelajahinya. Aku ingin berkisah tentang sebuah tempat yang eksotis dan dengan cara yang eksotis. Apakah sapi-sapi di sana masih berkeliaran dan bergeletakan sedemikian rupa tanpa diganggu gugat sesiapa?

Kubayangkan aku, anak, dan suamiku melanglang di kota asing dengan makanan yang rasanya pasti bikin perut campur-aduk karena konon cara masak Nepalian amburadul bagi lidah orang Indonesia. Bumbu kari tajam menyengat, nasi yang keras dan lebih pera, juga yoghurt yang menjadi menjadi makanan tambahan keseharian. Namun semuanya tak menyurutkan rasa penasaranku akan Nepal!

Di Nepal juga ada komunitas muslim dan masjid besar. Dan semoga kutemukan makanan halal yang enak dan ramah di perut.

Dari info yang kudapat setelah menjelajah beberapa travelblog, aku bisa beroleh gambaran tentang beberapa lokasi yang pernah disambangi Seno.

1.     Freak Street, tempat para hipi keleleran mengganja di tahun ’60-‘70-an, Jalannya yang sempit dan ramai mengingatkanku pada Jalan Dalem Kaum di Bandung. Nama aslinya tulis Seno adalah Jhocheen Tote. Dan ternyata di tempat itu masih terdapat hipi jenis baru yang disebut Gumpal Awan. Seperti yang ditulis Travelblog Agustinus Wibowo di http://lipsus.kompas.com/jalanjalan/read/2008/09/30/0753041/Titik.Nol..42.:.Freak.Street.

2.    Thamel, hem nama tempat itu mengingatkanku pada sesuatu, kayak camel alias onta, hehe. Namanya yang eksotis merupakan kawasan ramai. Seperti kampung Kuta di Bali. Segala bar, restoran, penginapan, sampai pertokoan berebut tempat mengundang pelancong. Thamel tak lebih dari kampung internasional tempat berbagai bangsa dan nama membaur. Namun di dekatnya terdapat pasar tradisional.

3.    Lapangan Durbar merupakan kota kuno yang ramai dan terdapat istana berikut kuil pemujaan. Pedagang kaki lima, wisatawan, sampai demonstran membaur di sana.

4.    Istana Lama Hanuman Dhuka, sekarang jadi museum peninggalan Raja Tribhuvan.

5.    Kuil Swayambhu, adalah kuil dengan undakan tangga tinggi menjulang, di ketinggian inilah orang akan lebur dalam pemujaan.

6.    Nagarkot, Pokhara, dan Sarangkot di sanalah bisa mendaki untuk melihat jajaran pegunungan Himalaya.



Dan aku tambahkan dengan hal terbaru yang menarik perhatianku di Nepal seperti:



1.     Masjid Khasmiri Panca Thaqiya dan Masjid Jami’ Kathmandu terletak di Durbar Mar, Manhattan-nya Kathmandu. Tempat yang bersih dan teratur

2.    Bandara internasionalnya bernama Tribuvhan Kathmandu.

Sebaiknya jangan mengunjungi tempat pembakaran mayat di Pasopatinath jika tak ingin terganggu dengan bau daging manusia yang dikremasi. Aku gak merekomendasikan tempat gitu. Lagian serem aja membayangkannya, hehe. Barangkali bagi hardcore traveler gak masalah. Tapi bagi family traveler mending cari suasana lain yang gak horor.

Hem, tapi untuk apa jauh-jauh mencari eksotisme sampai ke Asia Selatan macam Nepal? Negeri itu masih miskin dan terbelakang, sebagaimana negeriku ini. Bukankah Indonesia sendiri kaya akan eksotisme?

Barangkali yang ingin kucari adalah hasrat mengetahui sesuatu. Sesuatu yang bernama Shangri-La atau nirwana? Merasakan seperti apa berada di tempat yang begitu dekat dengan atap dunia. Menjelajahi  wilayah asing demi menemukan “diri”. Merasakan kebesaran Ilahi.



Maroko



Setelah Nepal, adalah Maroko negeri yang ingin kutapaki karena memoar Fatima Mernissi. Ya, Teras Terlarang memikatku dalam setiap lembar halaman. Aku suka untaian bahasa Fatima, lahir di sebuah harem di Kota Fez pada tahun 1940. Baginya dunia luar dibatasi tembok pagar menjulang dengan gerbang berat berukiran.

Meski hidup terkurung dalam sangkar harem, namun pemikirannya mampu menjelajah ke luar batas wilayah. Menuliskan buah karya pemikiran feminis. Aku sangat suka Teras Terlarang. Sebaiknya baca deh. Entah apakah Mizan masih menerbitkan. Buku itu cetakan I, November 1999. Kubeli di Pameran Buku Bandung, Landmark Building, 10 Agustus 2003. Buku yang membuatku girang karena sudah lama kuidamkan setelah membaca resensinya di koran.

Aku terpesona dengan cara Fatima mendeskripsikan banyak tempat sampai makanan khas Maroko. Sejarah, tradisi, politik, dongeng, sampai bualan dengan renyah namun bernas disajikan. Sungguh aku ingin menjelajah ke sana!

Kelemahan sebagian feminis favorit Chama, khususnya generasi awal, adalah bahwa mereka tidak banyak menulis karena terkungkung di dalam harem. Itu berrati tidak banyak aksi yang bisa dilakukan; kami hanya duduk dan mendengarkan Chama menyuarakan protes dan keluhan dalam bentuk monolog. Kehidupan Aisyah Taymour adalah yang terburuk. Lahir di Kairo pada 1840, yang dia lakukan -- tanpa henti-henti hingga kematiannya pada 1906 -- adalah menulis puisi-puisi yang menentang keras hijab. Dia menulis dalam beberapa bahasa, Arab, Turki, dan bahkan Persia, dan itu sangat mengesankan bagiku. Seorang perempuan yang terpingit di sebuah harem mampu berbahasa asing! Menguasai bahasa asing berarti membuka sebuah jendela dari dalam dinding gelap. Menguasai bahasa asing di harem berarti menumbuhkan sayap-sayap yang memungkinkan kita terbang ke budaya lain, meski batas dan juga si penjaga pintu itu masih ada di sana. (Halaman 143.) 


Bagaimana aku tidak kagum buah karya Fatima. Aku lahir dan besar pada era kekinian, tidak dibatasi tembok pemisah bernama harem. Yang harus kudobrak adalah tembok keterbatasan dalam diri.

Tapi, baiklah, kita akan membahas soal tempat wisata impian. Aku ingin mengunjungi Maroko bukan sekadar wisata biasa. Aku ingin menjelajahi satu petualangan spiritual yang pernah kuperoleh dari buku!

Karena itulah aku pernah ingin mencari tahu sebanyak-banyaknya mengenai Maroko dengan tak melewatkan acara televisi mengenai jalan-jalan ke sana. Ada beberapa tempat yang menarik perhatianku:



1.    Pasar malam Jemaa El Fina di Marakesh, aku pertama kalinya tahu dari acara televisi. Wow, asyik rasanya bisa menjelajah kuliner dalam satu tempat dengan beragam variasi. Berikut atraksi seni.

2.    Fez, di kota itulah Fatima Mernissi berasal. Ada banyak bangunan rumah harem dengan arsitekturnya yang unik. Ingin kuresapi aroma kota perempuan yang kukagumi.

3.    Ah, sudahlah. Banyak sekali tempat lainnya yang ingin kusambangi. Seperti Casablanca. Tapi kalau kutambahi lagi catatannya, akan panjang sekali.

Inilah #MyDreamVacation gila-gilaanku. Aku mengeluarkan timbunan impian ini, berharap suatu saat kelak bisa berkunjung ke sana, bukan lagi impian yang mustahil. Wallahua’lam.

Limbangan, Garut, 17-18 Maret 2014


* Sumber foto Nepal dari http://bujangmasjid.blogspot.com, 
 *Sumber foto Maroko dari http://wisatamaroko.blogspot.com



9 komentar:

  1. Mak Rohjati....luar biasaaa dari Nepal ke Maroko dan semuanya terinpirasi tulisan apik ....Saya belumpernah ke Nepal dan ingin ke sana one day..alhamdulillah sudah menjejakkan kaki di Marrakesh dan memang cantiiiiik....makasih sudah ikutan GAku yaaaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, Mak Indah bikin saya tambah ngiler saja. Sudah ke Marakesh. (*Guling-guling penasaran!) Saya mudah ngiler akan suatu tempat setelah baca kisah atau perjalanan seseorang ke sana. Seru banget bisa menjelajahi wilayah yang berada di belahan tempat kita tinggal.
      Pasar Malam Marakesh pasti bikin Mak Indah betah ya. Saya kalau bisa di sana pasti akan kalap pesan macam-macam makanan, hehe. BTW, makanan khas Maroko yang ditulis Fatima dalam teras Terlarang saja sudah bikin saya penasaran banget pengen icip-icip, pstilla, semacam penganan yang rasanya manis dan asin. Terbuat dari irisan daging merpati, kacang, gula,dan kayu manis. Mak Indah sudah pernah coba? :)
      Buku atau bahan bacaan bagi saya tidak hanya mengajarkan sesuatu, tetapi membuat penasaran. Hehe.
      Semoga Mak Indah bisa melanglang ke Nepal. :)
      Makasih juga sudah adain GA tentang perjalanan impian. Jadi ada sarana untuk mengkhayal, haha. Dipancing, gitu. ;)

      Hapus
  2. saya juga selalu iri sama temen2 yang bersekolah di Maroko, mak.. kapanya bisa kesana.. heuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga suatu saat kelak bisa ke sana juga, Mak Damae Wardani. Berjuang mewujudkan impian. Sebab Maroko sangat-sangat-sangat menggiurkan. :)

      Hapus
  3. Balasan
    1. Mari bermimpi suatu saat kelak bisa ke sana. :) Semoga impian itu bisa terwujud. Aamiin. :)

      Hapus
  4. Kenapa nggak sekalian mendaki HImalaya mak? nanggung lho udah sampe Nepal kan :P Semoga impiannya tercapai ya mak :)
    terima kasih atas partisipasinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak kuat mendaki Himalayanya, Mak Muna Sungkar. Biarlah nanti kalau anak sudah besar semoga jadi pendaki tangguh. Dan bisa ke Himalaya.
      Makasih sudah mampir.
      Aamiin doanya.

      Hapus
  5. Wah wawasannya begitu luas banget ya, seakan-akan diriku juga menjelajahi negeri antah berantah ini. Salam kenal, sukses untuk menulis dan Give awaynya juga,jgn lupa folbek daku @cputriarty :)
    Salam menulis...

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D