JIKA
ada
yang bilang hitam itu warna yang sangat-sangat-sangat misterius, sama seperti
halnya kucing hitam di malam kelam yang sekonyong-konyong nongol
mengedarkan pandang dengan mata setajam laser dan berkilat-kilat lalu menerkam
tikus lewat untuk disantap. Ehm, itu sih kucing tetangga yang kelaparan
dan rajin mengganyang hama bukan jejadian.
Saya
tak berminat bicarain hal mistis dari efek warna hitam yang berkesan
sangat dark. Iya, hitam itu gelap. Iya, hitam itu luwes jika
dipadupadankan dengan warna apa pun. Iya, hitam itu unsur dasar alam yang
paling dominan. Sepatu anak sekolahan saja wajib hitam semua apalagi sepatu
tentara.
Jadi
ingat masa SMP dulu, sekolahnya ‘kan ketat dan super disiplin. Semua anak wajib
bersepatu hitam tanpa kecuali. Benar-benar diskriminasi bagi sepatu putih
apalagi yang pengen nekat nyeker dengan alasan pijat relaksasi kaki.
Karena
itu, kala SMU, saya balas dendam dengan pakai sepatu kets putih merek Y#$% yang
sayangnya cepat jebol dalam hitungan bulan gara-gara merana dipaksa
digeret-geret mulu sepanjang jalan kenangan desa berbatu-batu
sejauh 3 km kurang lebih.
Saya
tidak antipati dengan hitam, saya hanya merasa sedang alami pemberontakan
warna, anehnya kebanyakan barang saya jarang yang berwarna hitam. Mungkin
kecenderungan alamiah mencari sesuatu yang lebih bersinar. Seperti putih dan
abu-abu (itu mah seragam sekolah!). Putih dan abu-abu dipadupadankan itu
keren-keren-keren! *Waktu itu persepsi ABG labil yang bahagia bisa sekolah
sampai SMU.
Yah,
sejak kecil saya selalu beranggapan bahwa pelajar berseragam putih abu-abu itu
insan unyu. Dunia saya masih terbatas perpektifnya. Boleh dikata, saya
tak pernah memikirkan warna hitam untuk dijadikan bagian berbusana. Kecuali
celana stretch hitam yang sepertinya seksi.
Dan
untuk tahu bagaimanakah hitam memengaruhi aspek kehidupan, saya harus
melakoninya dulu. Menjadi cerita sial yang tidak pantas ditiru. Jadi, Wahai
Saudara pembaca tulisan ngeyel ini, jadikan bahan pembelajaran yang
layak direnungkan semendalam-dalamnya penuh penghayatan agar tak kejeblos
lubang hitam sama.
Minggu
pagi yang cerah dan bertralala adalah jadwal ekskul latihan karate di sekolah
saya. Napa tralala? Bagi jomlo akut yang sudah lama putus dengan pacar
tersayang (saya yang minta putus, hihi), saatnya ngelaba pada teman
sekolah beda kelas yang juga sama ikut karate.
Senpai bersabuk satu
tingkat di atas saya karena sudah lama ikut ekskulnya sejak 3 SMP. Bahagianya
jika tiap hari bisa lihat doi yang sudah saya gebet pada pandangan pertama kala
sama-sama diopsek. Meski cuma lihat doang dan tak bersapa-sapaan. Duluan
senyum saja saya tak bisa. *Malu itu kaku, kaku itu malu. Malu-malu tapi mau.
Yang
bikin saya tambah senang adalah akan ramai-ramai pelesir ke Curug Cindulang di
Cicalengka bareng beberapa teman sekelas. Jadi, saya ribet sendiri bikin
persiapan busana apa yang terbaik. Saya pengen keren. (Kala itu kata gaul
bukanlah pilihan diksi populer karena gaul artinya bergaul-pergaulan-pokoknya
interaksi bukan gaya hidup atau konotasi macam sekarang ini.)
Tahulah
sebagai cewek saya merasa rada ribet, piknik ke sungai serasa ke
pesta saja. Jadi, dengan noraknya saya pakai all black dari ujung kepala
sampai kaki. Sepatu pantofel hitam, celana jeans Levi’s hitam, kemeja
hitam (hasil colong pinjam punya kakak lelaki), tas sekolah hitam (salah beli),
dan topi hitam (hasil paksa pinjam punya teman lelaki yang lagi bengong di
depan rumah orang, gak tahu mau ngapain). Alhasil, dengan
barang-barang hasil gituan, saya merasa sukses jadi nona layak gabung di
tim MIB (Men in Black). Eh, enggak, ding, layak
pesta siang bolong, hahaha….
Saya
senang karena berasa jadi puhatirang (pusat perhatian orang), serba
hitam gini bagi saya semoga bisa membuat gebetan suka. Halah, pamrih.
Tapi
ada juga sensei (guru karate) yang bertanya apakah saya akan pergi ke
Kota Bandung. Habis, tumben saya resmi banget bergayanya. Biasanya cuma pakai
kaos oblong dan sandal model jepit doang. Tadi juga di jalan, kala
menunggu sado, saya sempat “sial”, elf selalu berhenti tepat di depan saya.
Masa saya harus loncat naik ke atas elf padahal jarak sekolah tidak terlalu
jauh dan cuma dalam hitungan menit bersado.
Saya
adalah insan konyol, selepas latihan karate dan jam istirahat, langsung cabut
dari dojo yang cuma di halaman sekolah setelah Sophie, sobat sebangku,
nongol. (Namanya Siti Sopiah, asal Kampung Saapan, Cigawir, Sophie adalah
panggilan sayang saya untuknya.)
Pamit
pada yang lain. Padahaaal, sih, saya masih ingin terus latihan, terus ngelaba
pada subjek cinta platonis jilid IV yang itu-itu saja orangnya. Apalagi jam 10
itu, cuaca lumayan bagus dan hidup bagi saya baik-baik saja sebagai jomlo yang
tak risau dengan status kejomloannya (saya suka menghindar tiap diuber cowok!).
Konyol
karena napa harus buru-buru cabut latihan sebab teman-teman pada ngaret
datangnya. Jam 10 molor sampai nyaris tengah hari. Di mana-mana ternyata yang
namanya ABG labil selalu pada ngaret. Terpaksa berbengong ria di rumah
Ipih, base camp kami di sebelah Puskesmas Limbangan. Foto-foto gaje
pakai kamera saku plus gaya kaku. (Kala itu selfie belum musim!)
Begitu
semua pasukan piknik berkumpul plus barang bawaan berupa nasi dan lauk pauk
untuk liwetan, ternyata ada seorang personel yang tertinggal. Nani,
komandan pasukan sampai merengut kesal karena mamang angkot carteran
pulang-pergi BT menunggu (sebenarnya istilah pulang pergi atau PP terasa
janggal, tapi apa boleh buat atas nama kelaziman terpaksalah kejanggalan itu
mengabadi).
Terpaksalah
cowok tengil bernama Abu (yang saya sayangi sampai sekarang),
dijemput langsung ke pesantrennya di Cibiuk, dari Limbangan angkot harus
memutar arah ke Jalan Leuwigoong demi misi penyelamatan pemaksaan Abu
yang entah lupa atau sulit izin dari pesantren tempat mondoknya.
Alhamdulillah,
kami tiba dengan selamat di Curug Cindulang (atau juga sering disebut
Cinulang). Tidak sebesar Tawang Manggu dengan air terjun Grojogan Sewu, sih.
Namun saya senang bisa ngerasain asyiknya hura-hura bareng teman
sekelas. (Berasa muda lagi kala menulis ini!)
Jarak
dari Limbangan ke Cicalengka lumayan jauh, sekira 1 jam kurang lebih. Ke curug
ternyata harus berbelok menuju jalan menanjak dan itu lumayan jauh juga,
melewati jalan desa lalu perkebunan dan hutan. Lumayan sepi. Duh, napa banyak
lumayan. Garing!
Di
sungai, saya menyesali diri karena pakai sepatu pantofel yang tidak mungkin
diajak berbasah-basah plus tidak nyaman melewati jalan berbatu, kepanasan
dengan serba hitam karena bergerak di ruang terbuka tengah hari gitu,
merasa kurang kinclong akibat efek warna jadilah di foto saya terlihat
kusam.
Huhu,
pengen tukaran atasan saja dengan Abu yang pakai kaos pink keren! Iya, Abu
pakai kaos pink tapi tetap terlihat pantas, warnanya pastel gitu dan ada
tulisan Spirit (atau Esprit?) entah apa -- yang jelas bukan gambar Barbie, he he….
Dan tas saya yang isinya cuma baju karate doang terasa ikut panas di
punggung, bahannya karet lateks, benar-benar efek salah beli!
Sejak
itu saya kapok dengan hitam. Kapok siang-siang pakai busana hitam, kapok beli
beli tas bahan demikian (korban musim!). Ternyata saya butuh waktu lama untuk
menyadari info penting setelah dewasa. Warna hitam tak oke dipakai tengah hari
membara gitu! Tidak percaya? Silakan buktikan sendiri.
Alam
punya cara untuk menyerap warna dasar kehidupan, seperti hitam yang entah
mengapa sangat cepat menyerap panas dibanding putih. Ehm, baju karate saya
syukurnya putih. Dan sampai sekarang saya tak begitu suka fashion warna
hitam!***
Limbangan,
Garut, 24 Juli 2014
Artikel
ini diikutsertakan pada #BlackGiveaway
#Giveaway
#NyareInfo #RuthadaningInayaa #BlackGiveaway
Makasih, Deka. Ikutan juga, yah. ;)
BalasHapusSip meluncur.
haha lucu ya mbak rohayati muda. mungkin itu semacam masa cabe-cabeannya mbak ya :D.
BalasHapusoh lagi ikut GA ya mbak? Semoga menang ya!
BalasHapuseh si abu itu suaminya mbak yang sekarang ya..... :D awet dong hahahha.
BalasHapustapi kalau pake hitam itu kelihatan elegan loh mbak, daripada pake warna cerah kayak jajan pasar hahhahahha :D .
masa muda memang masa yang berapi api yaaa cc...aku jadi inget masa masa mudaku jugaa hehehe...tapi aku khan emang masih muda..dan kreatipnya pengalaman itu dihubungkan sama warna hitaaaaam..kreatip bingit dah cc..ngomong ngomong mohon maaf lahir dan batin nyaaaak...:) makasih infonya semoga bisa ikutan InshaAlloh :D
BalasHapusWalah, kalo pakai serba hitam dari atas sampai kaki, apa nggak serem, tuh, Mbak?
BalasHapus