ADEGAN
hujan bisa menjadi sangat romantis. Jika seorang lelaki muda yang tegap dan
tampan mendadak menyorongkan payungnya agar kamu tak basah kehujanan Membuat
jantungmu berdebar karena itu perbuatan yang dikategorikan jantan.
Saya sangat suka pada adegan demikian
di drakor (drama Korea) “Go Back Couple”. Pengadegannya difokuskan pada latar yang
romantis dan jatuhan hujan berikut sinar matahari, serasa mengempaskan kita
untuk ikut baper karena, jujur saja,
itu lebay.
Napa
lebay?
Yah, apakah mungkin bisa terjadi hal
demikian? Hujan deras dengan cuaca yang benderang. Hujan yang datang mendadak
tidak membawa nuansa muram malah sebaliknya romantis abis. Dan orang-orang aneka
rupa berseliweran, tanpa atau dengan payung ragam warna, dalam gerakan slow motion alias lamban; sedang pasutri
itu dengan pasangan baru dikenal masing-masing dan naungan payung hanya bisa
saling pandang dengan tatapan sarat perasaan bawah sadar.
Dua orang tokoh pasutri 38 tahun (Choi
Ban Do dan Ma Jin Joo) yang terlempar
kembali ke masa silam, dalam usia muda, mencoba menakar sisa rasa cintanya kala
mereka dekat dengan yang lain. Sosok di masa lalu yang kala di masa kini
disesalinya dan jadi pembanding; mengapa tidak berpasangan saja dengan mereka?
Cinta butuh waktu untuk menyadarkan
bahwa pilihan semula memang tidak salah, yang salah adalah bagaimana
memosisikan diri dalam penyesalam tak berujung.
Bagaimana sang suami (Choi Ban Do) di
masa kininya terpaksa menjadi penjilat yang merendahkan diri pada orang lain
demi menjaga kelangsungan ekonomi keluarganya. Sebagai pedagang obat keliling
alias sales ia harus melakukan segala
cara agar barang jualannya tetap laku. Dan dokter adalah sasaran utamanya agar
bisa memberi referensi pada pihak rumah sakit untuk ketersediaan obat.
Budaya Korea membuat sang suami harus
turut serta dalam sistem kasta sunbae
(senior) dan maknae (junior). Ia
adalah maknae sampai kapan pun pada
para dokter itu, tak peduli dari segi usia ia bisa jadi lebih tua daripada
mereka.
Dan sang istri (Ma Jin Joo) yang
frustrasi karena intensitas komunikasi sekaligus rutinitas itu-itu saja meledak
dalam amarah dan salah paham yang berujung pada perceraian mereka.
Bahagiakah mereka setelah bercerai?
Pada mulanya iya, namun kemudian hampa
karena rasanya ada yang salah, kebiasaan telah berubah. Pokoknya segala sesuatu
tidak sama lagi, dan anak semata wayang yang masih bayi seakan jadi korban ego
mereka.
Lalu keajaiban datang di puncak sesal,
mereka terlempar ke masa silam kala masih kuliah, 18 tahun lalu. Mereka hidup
dalam wujud sosok muda namun tetap dalam pemikiran merasa tua karena ingatan
akan masa depan tidak ikut terhapus. Justru ingatan itu membantu mereka untuk
menentukan sikap.
Saya diajak mewek pada adegan yang memang mengharukan, tertawa pada adegan
lucu, dan penasaran pada setiap pergantian akhir episode ke episode lanjutan.
“Go
Back Couple” sangat bagus untuk ditonton lajang maupun sudah menikah.
Mengajarkan bagaimana filosofi cinta dan pernikahan itu. Kesadaran boleh datang
terlambat namun jangan menyerah untuk memperjuangkan perbaikan diri. Selalu ada
harapan untuk itu.
Ada kesetiaan, komitmen, pengorbanan, tanggung
jawab, kesediaan untuk memafkan dan dimaafkan, persahabatan, rukun dengan
saudara, juga bakti anak pada orang tua.
Selama menonton sampai tamat (12
episode), banyak hal yang bisa saya pelajari dari relasi antarinsan. Drakor
mungkin cenderung membuat penonton pada ikut baper karena yang bikin cenderung baper pula.
Inilah keistimewaan sineas Korea, ahli memainkan
emosi manusia karena perasaan adalah unsur paling halus dan mendasar dalam
kehidupan utama. Mereka membidik hal-hal estetik dengan kecanggihan teknologi
yang mengagumkan. Namun mereka tak melupakan esensi utama bahwa manusia adalah
makhluk merasa.
Karena itulah, latar hujan yang bagi
kita biasa saja, terasa luar biasa dengan warna sekitar dan pencahayaan,
berikut bagaimana para tokohnya berperan.
Saya kagum pada akting para pemainnya.
Mereka bermain secara natural dan betul-betul melebur dalam peran. Jalan
ceritanya pun bagus meski di episode terakhir terasa seperti ada pemaksaan agar
drakornya usai dengan jalan keluar yang enteng.
Mengakhiri cerita memang tidak mudah.
Oke, anggap saja itu hal lemah dari drakor “Go
Back Couple”, namun saya bisa belajar banyak tentang kehidupan suami-istri
itu sebenarnya bagaimana. Komunikasi yang baik itu bagaimana. Mempertahankan
cinta itu bagaimana. Menerima kebiasaan buruk karena ada kebiasaan baik dari
pasangan juga itu bagaimana. Menghadapi insan perisak yang menyebalkan itu
bagaimana. Cara bersikap sebagai sahabat itu bagaimana. Seorang
anak-suami-istri-orang tua-saudara-teman itu bagaimana.
Masing-masing tokoh yang terlibat di
dalamnya punya peran sentral dalam cerita, bukan penunjang semata. Mereka punya
kehidupan dan masalah masing-masing. Punya kesalahan dan rahasia. Namun intinya
adalah bagaimana sang pasutri yang terlempar ke masa silam mencoba memperbaiki
diri dan memperbaiki orang-orang di sekitarnya. Seakan kesempatan kedua itu tak
boleh disia-siakan demi perbaikan diri. Bahwa momen tersebut untuk menyatukan
mereka kembali agar tidak menghabiskan sisa usia dalam penyesalan tak berujung.
Film ini sangat direkomendasikan pada
pasangan yang bermasalah agar menimbang ulang hubungan sebelum final untuk
bubar jalan. Selalu ada jalan keluar dan pemecahan masalah, yang dibutuhkan
adalah upaya dan kesungguhan hati untuk kembali menyatukan diri.
Mari kita menonton drakor ini. Sempat
hits pada akhir tahun 2017 kemarin dan tak basi ditonton tahun kapan saja
karena isinya sangat relevan sepanjang masa. Bahwa hubungan manusia tak
mengenal konsep kedaluwarsa!
Karena konsep pasangan pada dasarnya
adalah:
Seseorang
yang akan berani berdiri di sisiku selamanya tanpa ragu-ragu ketika aku harus
menghadapi dunia. Kami bertahan di dunia yang keras ini dengan persahabatan. (Akhir episode 12)
#Cipeujeuh,
22 April 2018
~Foto
hasil capture dari filmnya pakai GOM Player
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D