Selasa, 12 Agustus 2014

Panduan Bahagia Sepondok dengan Mertua (Pondok Mertua Indah-Nunung Nurlaela)




Pernikahan merupakan penyatuan dua insan dalam suatu lembaga yang disahkan secara agama dan negara. Namun pernikahan tidak sekadar penyatuan dua insan dan dua hati semata, tetapi juga penyatuan dua keluarga yang berbeda latar belakangnya. Intinya, menikah bukan saja urusan pasangan suami-istri, pihak keluarga masing-masing pasangan pun berperan. Tak jarang konflik dan ketidakharmonisan terjadi dalam keluarga, yang berpengaruh pada retaknya hubungan antara suami-istri (hlm. 4).

Oleh ROHYATI SOFJAN


DATA BUKU      :  Pondok Mertua Indah, 101 Cara Hidup Bahagia Bersama Mertua
PENULIS          : Nunung Nurlaela
PENERBIT        : Gramedia Pustaka Utama
CETAKAN         : Pertama, 2014
TEBAL             : ix + 148 halaman
ISBN              : 978-602-03-0200-3
HARGA            : Rp40.000

ADAKALANYA setelah menikah pasangan suami-istri terpaksa tinggal serumah dengan mertua karena disebabkan beberapa hal seperti: belum mampu membeli rumah sendiri; tidak ada dana atau belum menemukan rumah kontrakan yang cocok; pekerjaan, seperti tempat kerja dekat dengan rumah mertua; kemauan salah satu pasangan; karena keinginan mertua; dan beberapa penyebab lainnya.
Buku Pondok Mertua Indah (PMI) memaparkan 101 Cara Hidup Bahagia Bersama Mertua. Nunung Nurlaela sebagai pelaku sepondok dengan mertua memandu kita untuk mendalami esensi kehidupan, bahwa tinggal seatap dengan mertua bukanlah hal menyeramkan jika kita bisa menyiasatinya. Dan inti utamanya adalah meluruskan niat.
Meluruskan niat bahwa kita tinggal di rumah mertua semata karena ikhlas ingin menghormati, berbakti, dan berbuat baik kepada mereka. Adapun berbakti kepada mertua merupakan kewajiban kita. Berbuat baik kepada mertua sama wajibnya dengan berbuat baik kepada orangtua kita (hlm. 17).
Tentunya jika sepondok dengan mertua ada hal baik dan buruk, namun dibutuhkan kebesaran hati kita yang terlibat di dalamnya untuk mengelola perasaan agar harmonisasi bisa terjaga.
Jika fokus pada hal baik kita bisa belajar tentang pengalaman dari mertua,  memudahkan interaksi, merasa tenang dalam hal tertentu, dan menguatkan hubungan dua keluarga.
Meskipun demikian, tak bisa menisbikan hal buruk seperti memiliki perasaan masih sebagai anak dan bukan kepala keluarga; kurang nyaman dengan adanya anggota keluarga lain; tidak bisa mengambil keputusan sendiri; manja dan cenderung bergantung; dan kurang percaya diri.
PMI dibagi dalam 3 bab. Jika bab pertama mengenai profil menantu dan mertua secara umum, maka bab 2 yang merupakan isi buku memuat 25 motivasi dan tip sederhana ketika tinggal dengan mertua. Sedangkan bab 3 berisi penutup yang esensi utamanya ada pada sabar, nikmati, syukuri, yakini, dan introspeksi. 
Nunung Nurlaela telah berupaya keras berbagi hasil pengalaman dari pengamatan sekitar, tidak heran Felix Siauw memuji dengan, “Pembahasan Mbak Nunung asyik, lengkap, tak menggurui tapi tetap bernilai, dan memberi solusi.”
Dalam bab 2 Nunung memandu kita untuk bisa mengatasi sekian kasus KETIKA. Ada 25 motivasi dan tip untuk menghadapinya. Ketika baru menikah dan resmi sebagai penghuni PMI tentu kita alami hal seperti merasa asing dan serba salah. Solusi: kenali keluarga baru Anda, dan beradaptasilah; cermati, pelajari, tanyakan, dan lakukan.
Bekerja dan tidak bekerja pun kerap menjadi masalah, namun sebaiknya komunikasikan dengan baik. Ketika bekerja: aturlah, jadi yang terbaik, dan memberi. Ketika tidak bekerja: berceritalah, beri alasan, berusaha mandiri dan kreatif, serta jangan jadi parasit.
Tentunya masih banyak kasus KETIKA lainnya yang harus kita atasi dengan baik. Apakah mertua kepo, egois, mengomel, pilih kasih, berbeda keyakinan, tak merestui Anda, atau masih memanjakan pasangan kita.
Atau hal lain seperti berbagi dapur, berbeda pendapat, berkonflik dengan anggota keluarga, aturan jika ke luar kota, menyambut hari raya, bergaul dengan tetangga, bicara tentang uang, tidak dipercaya lagi. Atau masalah buah hati yang tak kunjung hadir maupun ketika hamil dan buah hati lahir. Plus bagaimana cara mendidik buah hati dalam keadaan ber-PMI.
Belum lagi hal pelik lainnya ketika sakit, ada yang dipanggil Sang Pencipta, sampai keputusan bercerai harus diambil.
Nunung menawarkan beragam solusi dari contoh kasus yang diilustrasikan. Dan intisari utamanya adalah kesabaran. Bukan perkara yang mudah sabar itu, yang jelas bukan asal sabar. Ada panduannya. Seperti kasus ketika buah hati tak kunjung hadir, yang kita butuhkan adalah sabar, saling mendukung, berdoa, dan jangan berhenti berusaha (hlm. 86).
Memang tak enak alami pertanyaan gencar dari pihak keluarga, teman, sampai tetangga tentang momongan. Beruntunglah jika punya mertua bijak. Jika tidak, maka menantu akan minder, mertua tidak sabar, dan akibatnya suami jadi galau. Amat buruklah jika suami ambil jalan mudah yang ternyata salah.
Ada banyak faktor dalam kehidupan. Hukum sebab-akibat seharusnya bisa membukakan perspektif kita, bahwa posisi menantu dan mertua merupakan kesejajaran bukan ketimpangan seperti yang selama ini telah distigma. Maka jadikanlah hidup sepondok bersama mertua merupakan bagian dari keseharian yang wajar dan tanpa tekanan.
Tentunya buku Pondok Mertua Indah bisa memandu kita untuk mewujudkannya.
“Menikmati kebersamaan dengan mertua menjadikan Anda lebih bijak, lebih hebat, dan lebih kuat serta membuat hubungan dengan mertua semakin erat. Rasa cinta pasangan Anda pun akan semakin besar dan kuat.” (Hlm. 137)***
Cipeujeuh, 21 April 2014



#ResensiBuku #PanduanBahagiaSepondokdenganMertua #NunungNurlaela

7 komentar:

  1. hehehhhehe jadi senyum-senyum sendiri, memang kadang kala kita sebagai anak bersikap sangat egois, menikah=pisah sama ortu. Tapi tuh ada beberapa kondisi dimana ortu pengen tinggal seatap sama anaknya. inilah yang harus difahami. Nah yang mo nikah dan yang dah nikah wajib beli bukunya tuh kayaknya.
    ==========================
    rahasia merawat kelinci

    BalasHapus
  2. Tinggal di PMI ada baik buruknya pasti ... kalau hati mantu selalu ikhlas dan santun tidak ada yang tidak nyaman ... yang pasti kalau tempat (kamar) ada di PMI kenapa harus pisah dengan ortu ... apalagi kalau harus 'ngontrak rumah. :)

    BalasHapus
  3. Waaah, ini buku wajib dibaca pasangan yang tinggal sama mertuanya yah..
    biar akur, tentrem adem ayem sama mertua :D

    BalasHapus
  4. Tinggal di PMI membuat istri kita tidak mengalami banyak perobahan .. 'paling yang berobah 'teman tidur, sedangkan yang lain2 masih diurus ibu mertua, bahkan anak kita yg juga 'diurus oleh ibu mertua karena itu cucunya. :P

    BalasHapus
  5. Aku dulu juga pernah tinggal di Pondok Mertua Indah lebih dari satu tahun lamanya... Menurutku, tinggal di PMI tergantung kitanya juga ya bagaimana bisa membawa diri saat tinggal di PMI.. Alhamdulillah berkat bisa membawa diri, aku dan mertua bisa adem2 aja... Bahkan mertuaku sampe sakit lantaran sedih saat aku dan suami pamit karena kami sdh punya rumah mungil... Kami saat itu memberi pengertian pada mertua bahwa kami ingin mandiri seperti keluarga2 lainnya... Alhamdulillah berkat saling mengerti tak ada masalah hingga kini...

    BalasHapus
  6. kalau sepengetahuan saya kalau sudah nikah tu ga ada namanya mertua adanya ibu sama bapak. gitu sih setahu saya...

    BalasHapus
  7. Masya Allah...top banget resensinya, mbak...:-) lengkap dan smart :-)
    makasih ya atas apresiasinya...senang sekali...semoga dengan resensi ini bisa memberi gambaran pada calon pembaca. Aamiin

    Sukses untukmu ya mbak...*peluk...sun sayang untuk Pal :-)

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D