Pernikahan merupakan penyatuan dua
insan dalam suatu lembaga yang disahkan secara agama dan negara. Namun
pernikahan tidak sekadar penyatuan dua insan dan dua hati semata, tetapi juga
penyatuan dua keluarga yang berbeda latar belakangnya. Intinya, menikah bukan
saja urusan pasangan suami-istri, pihak keluarga masing-masing pasangan pun
berperan. Tak jarang konflik dan ketidakharmonisan terjadi dalam keluarga, yang
berpengaruh pada retaknya hubungan antara suami-istri (hlm. 4).
Oleh ROHYATI SOFJAN
DATA
BUKU : Pondok Mertua Indah, 101 Cara Hidup Bahagia
Bersama Mertua
PENULIS :
Nunung Nurlaela
PENERBIT :
Gramedia Pustaka Utama
CETAKAN :
Pertama, 2014
TEBAL : ix + 148 halaman
ISBN :
978-602-03-0200-3
HARGA : Rp40.000
ADAKALANYA setelah menikah pasangan suami-istri
terpaksa tinggal serumah dengan mertua karena disebabkan beberapa hal seperti:
belum mampu membeli rumah sendiri; tidak ada dana atau belum menemukan rumah
kontrakan yang cocok; pekerjaan, seperti tempat kerja dekat dengan rumah
mertua; kemauan salah satu pasangan; karena keinginan mertua; dan beberapa
penyebab lainnya.
Buku Pondok Mertua Indah (PMI) memaparkan 101 Cara Hidup Bahagia Bersama
Mertua. Nunung Nurlaela sebagai pelaku sepondok dengan mertua memandu kita
untuk mendalami esensi kehidupan, bahwa tinggal seatap dengan mertua bukanlah
hal menyeramkan jika kita bisa menyiasatinya. Dan inti utamanya adalah
meluruskan niat.
Meluruskan niat bahwa kita tinggal di
rumah mertua semata karena ikhlas ingin menghormati, berbakti, dan berbuat baik
kepada mereka. Adapun berbakti kepada mertua merupakan kewajiban kita. Berbuat
baik kepada mertua sama wajibnya dengan berbuat baik kepada orangtua kita (hlm.
17).
Tentunya jika sepondok dengan mertua ada
hal baik dan buruk, namun dibutuhkan kebesaran hati kita yang terlibat di
dalamnya untuk mengelola perasaan agar harmonisasi bisa terjaga.
Jika fokus pada hal baik kita bisa
belajar tentang pengalaman dari mertua, memudahkan
interaksi, merasa tenang dalam hal tertentu, dan menguatkan hubungan dua
keluarga.
Meskipun demikian, tak bisa menisbikan
hal buruk seperti memiliki perasaan masih sebagai anak dan bukan kepala
keluarga; kurang nyaman dengan adanya anggota keluarga lain; tidak bisa
mengambil keputusan sendiri; manja dan cenderung bergantung; dan kurang percaya
diri.
PMI dibagi dalam 3 bab. Jika bab
pertama mengenai profil menantu dan mertua secara umum, maka bab 2 yang
merupakan isi buku memuat 25 motivasi dan tip sederhana ketika tinggal dengan
mertua. Sedangkan bab 3 berisi penutup yang esensi utamanya ada pada sabar,
nikmati, syukuri, yakini, dan introspeksi.
Nunung Nurlaela telah berupaya keras
berbagi hasil pengalaman dari pengamatan sekitar, tidak heran Felix Siauw
memuji dengan, “Pembahasan Mbak Nunung asyik, lengkap, tak menggurui tapi tetap
bernilai, dan memberi solusi.”
Dalam bab 2 Nunung memandu kita untuk
bisa mengatasi sekian kasus KETIKA. Ada 25 motivasi dan tip untuk
menghadapinya. Ketika baru menikah dan resmi sebagai penghuni PMI tentu kita
alami hal seperti merasa asing dan serba salah. Solusi: kenali keluarga baru
Anda, dan beradaptasilah; cermati, pelajari, tanyakan, dan lakukan.
Bekerja dan tidak bekerja pun kerap
menjadi masalah, namun sebaiknya komunikasikan dengan baik. Ketika bekerja:
aturlah, jadi yang terbaik, dan memberi. Ketika tidak bekerja: berceritalah, beri
alasan, berusaha mandiri dan kreatif, serta jangan jadi parasit.
Tentunya masih banyak kasus KETIKA
lainnya yang harus kita atasi dengan baik. Apakah mertua kepo, egois, mengomel, pilih kasih, berbeda keyakinan, tak merestui
Anda, atau masih memanjakan pasangan kita.
Atau hal lain seperti berbagi dapur,
berbeda pendapat, berkonflik dengan anggota keluarga, aturan jika ke luar kota,
menyambut hari raya, bergaul dengan tetangga, bicara tentang uang, tidak
dipercaya lagi. Atau masalah buah hati yang tak kunjung hadir maupun ketika
hamil dan buah hati lahir. Plus bagaimana cara mendidik buah hati dalam keadaan
ber-PMI.
Belum lagi hal pelik lainnya ketika
sakit, ada yang dipanggil Sang Pencipta, sampai keputusan bercerai harus
diambil.
Nunung menawarkan beragam solusi dari
contoh kasus yang diilustrasikan. Dan intisari utamanya adalah kesabaran. Bukan
perkara yang mudah sabar itu, yang jelas bukan asal sabar. Ada panduannya. Seperti
kasus ketika buah hati tak kunjung hadir, yang kita butuhkan adalah sabar,
saling mendukung, berdoa, dan jangan berhenti berusaha (hlm. 86).
Memang tak enak alami pertanyaan gencar
dari pihak keluarga, teman, sampai tetangga tentang momongan. Beruntunglah jika
punya mertua bijak. Jika tidak, maka menantu akan minder, mertua tidak sabar,
dan akibatnya suami jadi galau. Amat buruklah jika suami ambil jalan mudah yang
ternyata salah.
Ada banyak faktor dalam kehidupan.
Hukum sebab-akibat seharusnya bisa membukakan perspektif kita, bahwa posisi
menantu dan mertua merupakan kesejajaran bukan ketimpangan seperti yang selama
ini telah distigma. Maka jadikanlah hidup sepondok bersama mertua merupakan
bagian dari keseharian yang wajar dan tanpa tekanan.
Tentunya buku Pondok Mertua Indah bisa memandu kita untuk mewujudkannya.
“Menikmati kebersamaan dengan mertua
menjadikan Anda lebih bijak, lebih hebat, dan lebih kuat serta membuat hubungan
dengan mertua semakin erat. Rasa cinta pasangan Anda pun akan semakin besar dan
kuat.” (Hlm. 137)***
Cipeujeuh,
21 April 2014
#ResensiBuku #PanduanBahagiaSepondokdenganMertua #NunungNurlaela
hehehhhehe jadi senyum-senyum sendiri, memang kadang kala kita sebagai anak bersikap sangat egois, menikah=pisah sama ortu. Tapi tuh ada beberapa kondisi dimana ortu pengen tinggal seatap sama anaknya. inilah yang harus difahami. Nah yang mo nikah dan yang dah nikah wajib beli bukunya tuh kayaknya.
BalasHapus==========================
rahasia merawat kelinci
Tinggal di PMI ada baik buruknya pasti ... kalau hati mantu selalu ikhlas dan santun tidak ada yang tidak nyaman ... yang pasti kalau tempat (kamar) ada di PMI kenapa harus pisah dengan ortu ... apalagi kalau harus 'ngontrak rumah. :)
BalasHapusWaaah, ini buku wajib dibaca pasangan yang tinggal sama mertuanya yah..
BalasHapusbiar akur, tentrem adem ayem sama mertua :D
Tinggal di PMI membuat istri kita tidak mengalami banyak perobahan .. 'paling yang berobah 'teman tidur, sedangkan yang lain2 masih diurus ibu mertua, bahkan anak kita yg juga 'diurus oleh ibu mertua karena itu cucunya. :P
BalasHapusAku dulu juga pernah tinggal di Pondok Mertua Indah lebih dari satu tahun lamanya... Menurutku, tinggal di PMI tergantung kitanya juga ya bagaimana bisa membawa diri saat tinggal di PMI.. Alhamdulillah berkat bisa membawa diri, aku dan mertua bisa adem2 aja... Bahkan mertuaku sampe sakit lantaran sedih saat aku dan suami pamit karena kami sdh punya rumah mungil... Kami saat itu memberi pengertian pada mertua bahwa kami ingin mandiri seperti keluarga2 lainnya... Alhamdulillah berkat saling mengerti tak ada masalah hingga kini...
BalasHapuskalau sepengetahuan saya kalau sudah nikah tu ga ada namanya mertua adanya ibu sama bapak. gitu sih setahu saya...
BalasHapusMasya Allah...top banget resensinya, mbak...:-) lengkap dan smart :-)
BalasHapusmakasih ya atas apresiasinya...senang sekali...semoga dengan resensi ini bisa memberi gambaran pada calon pembaca. Aamiin
Sukses untukmu ya mbak...*peluk...sun sayang untuk Pal :-)