Senin, 08 Januari 2018

Pukul Dua Dini Hari




Demikianlah pukul dua dini hari ini, Kau kirim
aku gigil demi gigil, pada dua rakat kali tiga tahajudku
Wahai Maha Penggenggam kehidupan, wahai Cintaku
yang sering kutampik, adakah gigil demi gigil itu
hawa yang juga Rabiah rasa.

Aku sibuk dengan dunia, padahal dunia kerap menampik
Cintaku, mengapa Engkau begitu sabar seolah kesabaranku
hanyalah noktah kecil dari rahmanMu, dan aku tetap
bukan apa-apa di antara sekian kebesaran
yang Engkau hamparkan.

Sudah lama aku jarang menangis, namun mengapa
pukul dua lebih dini hari ini aku begitu mudahnya
memintal air mata, adakah sesal itu bermuara
dari jiwa yang kehilangan cahaya. Cintaku, dosa
apa lagi yang telah kuperbuat. Kini aku mengerti
mengapa Rabiah senantiasa bermunajat
sepenuh jiwa, sepenuh jiwa, sepenuh jiwa
Sebab Engkaulah Pemilik jiwa semesta
Namun mengapa aku, sebagaimana manusia lainnya,
terkadang melupa atau sengaja melupa.

Maka dunia barangkali Kau hamparkan
agar kami paham bagaimana jalan berpulang
yang kekal pada kemenangan atau kekalahan
Meski Enright menyangsikan dalam Dan dan Dan Lagi
karena ia tidak paham hakikat bermain dalam jalan lain.

Maka, Cintaku, izinkan aku tetap punya kekuatan
untuk ikut bermain sesuai peran yang Engkau kehendaki
sebagai pencintaMu.
Bandung, 26 Mei 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D