Rabu, 27 Desember 2017

Mengharap Pasar ‘Baru’ Limbangan




Oleh: ROHYATI SOFJAN

BERITA di halaman 8 Tribun Jabar, Jumat, 6 Maret 2015, mengutip pernyataan Dirut PT Elva Primandiri, Elva Waniza, selaku pengembang pembangunan Pasar Limbangan yang berada di Jalan Raya Bandung-Tasikmalaya, Kecamatan Baluburlimbangan, Garut; Pasar Limbangan akan rampung Agustus 2015.
Jika benar demikian halnya, semoga saja peresmian yang direncanakan pada tanggal 17 Agustus itu tak terkendala beragam aral dan bisa tepat waktu dengan hasil pembangunan yang 100 persen telah selesai semuanya tanpa cela. Elva Waniza mengabarkan bahwa proses pembangunan telah mencapai 60 persen, jika angka persen tersebut di lapangan sesuai semoga dari Maret sekarang target tercapai.
Sisa 6 bulan yang ada tetap saja mencemaskan karena pembangunan terlambat dari yang direncanakan semula. Dulu pernah direncanakan selesai sebelum lebaran tahun lalu, namun malah molor cukup lama sampai membingungkan banyak pihak.
 Akan seperti apa Pasar Limbangan? Tentu banyak yang penasaran. Apalagi, menurut berita itu, pasar tersebut akan terdiri dari 3 lantai. Jumlah kiosnya bisa menampung 1.028 pedagang Pasar Limbangan. Bangunan pasar akan dilengkapi fasilitas pendukung seperti 2 eskalator, 1 generator set berkapasitas 500 KVA, sistem pemadam kebakaran, musala dan toilet umum di setiap lantai, loading dock di setiap lantai, tempat pembuangan sampah, kantor dinas perhubungan cabang Limbangan, dan layanan ATM.
Kita tentu menyambut positif terhadap perencanaan fasilitas tersebut. Jika jumlah pedagang saja mencapai ribuan, bagaimana dengan jumlah pengunjung per harinya? Butuh sarana penunjang agar Pasar Limbangan menjadi tempat transaksi bisnis dan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang nyaman sekaligus aman. Mengingat lokasinya yang sangat strategis, merupakan pasar besar bagi penduduk Limbangan dan wilayah sekitarnya; baik dari Selaawi, Cibiuk, Cijolang, sampai Cibatu.
Selain eskalator, di sampingnya tangga biasa yang lebar dan aman pun tetap dibutuhkan untuk saat-saat darurat. Namun tentunya eskalator tersebut selalu berfungsi sebagaimana mestinya,  sekaligus aman dengan tanda panduan dan peringatan bagi pengunjung yang barangkali tak terbiasa menggunakan eskalator.
Layanan ATM dalam pasar akan disambut baik, karena, meskipun Limbangan memiliki banyak boks ATM dari beragam bank, namun percepatan pertumbuhan penduduk berikut ekonominya yang pesat, dan lokasinya yang berada di jalan lintas antarkota antarprovinsi, mau tak mau membutuhkan lebih banyak lagi gerai ATM beragam bank.
Adalah melegakan karena Elva akan mengakomodasi kebutuhan masyarakat Limbangan untuk menghadirkan tempat bermain anak dan pusat jajanan. Kita tentu senang jika pasar bisa merangkap tempat hiburan keluarga pula, terutama bagi warga yang tinggal di pelosok perdesaan yang jauh dari akses kota kecamatan.
Akan tetapi, ada kekhawatiran apakah akan ada tempat mangkal bagi sado-sado yang ada? Tentunya selain lahan parkir yang diperuntukkan bagi kendaraan roda dua dan empat, keberadaan sado janganlah sampai diabaikan, butuh tempat mangkal khusus. Dulu di tahun 1995 saja sado beroleh tempat mangkal di dalam halaman parkir sebelah selatan pasar, 20 tahun kemudian, di tahun 2015 ini, semoga saja sado tak harus mangkal di luar halaman pasar agar tak mengganggu lalulintas Jalan Limbangan-Leuwigoong.
Bagaimanapun, keberadaan sado tetap dibutuhkan masyarakat Limbangan. Sado telah lama menyatu dengan wajah Limbangan, sebagai sarana transportasi yang sudah tua dan menurut catatan sejarah sado melayani rute dari Limbangan sampai Cibatu dan Malangbong.
Semoga saja pembangunan pasar berjalan lancar dan memuaskan banyak pihak. Sarana parkir sangat memadai untuk menampung jumlah kendaraan yang selalu membengkak, dari pengunjung, pemilik, sampai penyalur barang yang melakukan bongkar-muat. Dan tentunya ada ruang untuk terminal bagi kendaraan umum sebagaimana biasanya yang lewat di sebelah utara pasar -- di depan Jalan Raya Limbangan.
Selama ini wajah pasar sementara di Lapangan Pasopati terasa suram dan kumuh. Musim hujan ini dari mulut Jalan Pasopati/Bunisari becek, apalagi di halaman pasarnya yang berlumpur. Mari kita berharap agar wajah baru Pasar Limbangan yang mengusung isi tradisional dalam balutan modern tak becek dan kumuh di bagian luar-dalam.
Pun penanganan buangan sampahnya dikelola secara tertib dan rapi. Tak ada lagi sampah yang berserakan sampai masuk saluran selokan. Untuk itu dibutuhkan kerjasama dan kedisiplinan dari pedagang sampai pengunjung. Jangan lupakan pula beberapa titik tempat pengunjung bisa buang sampah pada tong-tong yang ditentukan sesuai jenis buangannya. Tentu menyenangkan jika kita punya pasar tradisional yang bersih seperti pasar berkonsep modern di kota lain.***
Cipeujeuh, 7 Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D