Rabu, 13 Desember 2017

Kura-kura yang Malang dan Monyet Setia Kawan

Dongeng Rohyati Sofjan


ALKISAH, seekor kura-kura besar jatuh menggelinding dari bukit ke bawahnya. Dan terhenti dalam posisi telentang, punggungnya berada di bawah badan, kaki dan kepalanya menghadap ke atas.
Kura-kura yang malang itu menggerak-gerakkan kakinya agar bisa mengembalikan posisi, namun itu pekerjaan sia-sia. Tempurungnya menghalangi. Tidak mungkin baginya agar bisa kembali telungkup dengan kaki di bawah.
Kura-kura merasa sangat lelah. Matahari bersinar garang menyengat hutan, kebetulan ia tidak berada dalam naungan pepohonan. Namun kura-kura enggan minta pertolongan pada binatang lain. Ia terus saja menggerak-gerakkan kakinya, dan sesekali berhenti jika kelelahan.
Ada seekor monyet hutan yang kebetulan menyaksikan peristiwa itu dari atas pohon. Monyet itu tertawa. Setelah beberapa saat mulai iba pada kura-kura. Monyet melompat turun dari pohon dan berlari ke arah kura-kura.
“Apa yang terjadi, Kawanku yang malang?” sapa monyet.
Kura-kura kesal. “Aku jatuh menggelinding, dan berada dalam posisi yang kamu lihat untuk dianggap lucu. Tidakkah itu menjelaskan sesuatu?”
Monyet tersenyum sabar. “Biar kubantu agar kamu bisa kembali pada posisi normal.”
Karena merasa tidak ada pilihan dan tak mau dianggap keras kepala seperti tempurung di punggungnya, kura-kura menyetujui tawaran monyet. “Baiklah,” katanya.
Dengan kedua tangannya monyet lalu membalik kura-kura. Monyet berhati-hati agar kura-kura tak terluka.
“Nah,” kata monyet begitu selesai membalikkan kura-kura dalam posisi normal, kaki dan kepala berada di bawah, punggung di atas. “Senang bisa menolongmu.”
“Terima kasih, Monyet yang baik,” kata kura-kura dengan suara lemah karena lelah. “Jika tidak ada kamu barangkali aku akan terus terbalik dalam posisi konyol, sampai mati kelelahan dan kelaparan, dan jadi bahan lelucon penghuni hutan.”
“Tidak masalah,” kata monyet. “Maaf tadi aku sempat menertawakanmu dan tidak lekas memberi pertolongan.”
Kura-kura tersenyum dan tidak marah. “Tidak apa-apa, Kawanku. Semoga kelak aku bisa membalas budi baikmu nanti.” Kura-kura lalu pamit meneruskan perjalanan menuju barat, dengan langkah yang lambat namun mantap. Monyet hanya bisa melambai. Dan menyaksikan kura-kura kian jauh dari pandangan.
“Selamat tinggal!” Seru monyet, suaranya dikaburkan angin siang yang kini berembus kencang. Rupanya akan ada badai. Monyet segera berlari mencari tempat perlindungan. Cuaca berubah mendung dan guntur menggelegar. Hujan deras mewarnai siang yang tadinya panas.

DI hari lain, kala sedang mencari makan, monyet terperangkap banjir bandang yang menerjang hutan.
Berjuang dalam genangan air agar tak tenggelam, monyet berteriak minta tolong. Namun teman-teman sesama monyetnya tak bisa apa-apa, mereka kebingungan. Meracau panik melihat temannya hilang timbul dari permukaan air, nyaris tenggelam.
Pada saat genting itulah, tiba-tiba muncul kura-kura dari arah daratan yang tak tergenang banjir. Tanpa banyak kata langsung meluncur ke dalam air dan berenang menghampiri monyet. Di dalam air, gerakan kura-kura lebih cepat daripada di darat.
“Naiklah ke atas punggungku dan berpegangan pada tepian tempurungku,” kata-kura-kura.
Monyet menurut. Lalu bersama mereka meluncur berenang ke arah daratan, menghampiri sekawanan monyet yang dengan gembira menyambut mereka. Monyet selamat berkat-kura-kura.
“Terima kasih, Kawanku yang baik,” kata monyet terharu. Memeluk kura-kura.
“Tidak masalah,” kata-kura-kura merendah. “Kamu pernah menolongku kala aku berada dalam kemalangan. Dan aku bersyukur bisa menepati janji untuk bisa membalas budi.”
Monyet dan kura-kura lalu berkawan baik sepanjang hayat mereka.***
#Cipeujeuh, 1 Maret 2012

~Gambar hasil paint sendiri~
#Dongeng #Kura-kura


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D