Sabtu, 11 Januari 2014

Karena Kau Miskin



Karena Kau Miskin


Karena kau miskin, maka kau layak menerima dana kompensasi BBM
yang dianugerahkan pemerintah. Demikianlah stiker itu tertera
dengan pongah di luar dinding rumah.Barangkali di kaca jendela depan,
sebagaimana yang lainnya. Para tetangga senasib atau rakyat jelata
di seluruh pelosok negeri ajaib yang kau dan mereka diami
sebagai bagian dari garis klan nenek moyang.

Karena kau miskin, maka jangan malu-malu dengan stiker kuning-hitam
menyala, mengabarkan Rumahtangga Miskin yang tipografi kalimatnya
tak gramatika. Apa salahnya hidupmu disubsidi dari harga-harga
yang seketika dinaikkan mereka yang merasa gengsi -- atau kemaruk --
jika standar hidup serba murah dan mudah. Toh, barangkali kita
harus berjalan dalam putaran nasib tak menentu karena diam-diam
kita sudah kelewat pasrah dan tak tahu bagaimana meletakkan
proporsi muak tanpa tuduhan subversi.

Karena kau miskin, maka terimalah stempel yang tertera di jidatmu
secara abadi sebagai abdi pemikul utang siluman.
Mungkin kau akan cemas pada anak-anak yang kelak kau lahirkan
-- atau tetaskan --, sebab mereka harus mengemban amanat
sebagai pembayar utang yang tak boleh khianat,
utang yang tak sanggup mereka pikul apalagi lunasi selain
dengan cara berutang pula. Demikianlah hikayat utang
secara turun-temurun itu diwariskan.

Karena kau miskin, maka galilah lubang
untuk makammu sendiri, di negeri ajaib
yang optimis campur pesimis berbagi jerit.

#Limbangan, 11 Maret 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D