Sabtu, 11 Januari 2014

Dan Alam pun Bertasbih



Opini

Dan Alam pun Bertasbih

Oleh Rohyati Sofjan

*Penulis Lepas


S
aya iri pada anak zaman sekarang, mereka beroleh akses informasi dengan mudah, bagus pula. Syukur-syukur jika mereka bisa menggunakannya untuk mengoptimalkan potensi diri ke arah yang lebih baik secara positif. Apalagi dunia penerbitan sekarang lebih maju dibanding dengan zaman saya masih bersekolah dulu. Itulah sebabnya mengapa saya iri ketika membaca buku ajar biologi anak tetangga yang pelajar kelas XII Madrasah Aliyah. Judul di atas merupakan judul buku ajarnya, diterbitkan Balai Pustaka (cetakan pertama, Mei 2008), dengan stiker “Milik Departemen Agama RI Tidak Diperjualbelikan”, itu milik sekolah.
Dan Alam pun Bertasbih, begitu puitis. Andai saja semua buku ajar menggunakan metafora sastra baik sebagai judul maupun isi pasti itu akan sangat menggugah minat siswa agar mereka mencintai ilmu dengan kesungguhan hati. Pelajaran biologi bisa disampaikan secara menarik dengan ilustrasi berupa tabel, bagan, grafik, dan beragam foto berwarna yang bisa mempermudah siswa untuk mengenali bentuk sekaligus keagungan ciptaan illahi. Yang lebih penting lagi adalah bahasa! Bagaimana menyampaikan sesuatu yang dianggap berat secara ringan, jelas, bernas, dan meresap. Bahwa tidak zamannya lagi siswa harus hafal tanpa paham substansinya. Mereka bisa belajar dengan rasa cinta pada ilmu. Belajar dengan rasa syukur dan tawadu pada Allah Sang Maha Mencipta, sebab relung kesadaran mereka digugah untuk merenungkan makna kehidupan. Manusia tak lebih dari partikel kecil dari penciptaan jagat raya ini. Ilmu semestinya disampaikan secara bersahabat dengan bahasa yang komunikatif dan mengena. Bahasa kering dan bertele-tele hanya akan membuat anak didik merasa berjarak dengan ilmu sendiri. Ini pengalaman yang pernah saya rasakan selama 12 tahun bersekolah di sekolah umum. Apa yang pernah disampaikan menguap begitu saja. Buku ajar tak lebih dari materi yang membosankan, sekumpulan teks miskin imajinasi. Itulah sebabnya saya iri pada anak zaman sekarang, mereka beroleh kemudahan yang mestinya dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Jika pelajaran sastra dianggap terpinggirkan, tidakkah sastra sendiri bisa diaplikasikan dalam beragam buku ajar? Setidaknya keindahan dan fleksibilitas bahasa Indonesia menyentuh masyarakat banyak, secara dini pula. Dan dengan itu, siapa tahu masalah kekacauan berbahasa bisa diatasi. Tentunya sastra yang tak mengabaikan gramatika.
Dan Alam pun Bertasbih sesungguhnya bisa membantu siapa saja untuk memahami biologi secara keseluruhan, dengan kajian islami. Buku yang terasa istimewa karena terdapat beberapa kolom seperti Tahukah Kamu agar kita bisa tahu berbagai macam keterkaitannya dengan materi yang dibahas; Aplikasi Nyata yang memuat artikel penting tentang materi terkini; Ayat-ayat Qauliyah berisi kutipan arti ayat-ayat Al Qur’an yang berhubungan dengan materi; Mutiara Hikmah; Hadist yang mencantumkan hukum Islam; Tafakur yang memuat kontemplasi mendalam terhadap fenomena alam yang didasari atas keseimbangan daya pikir dan zikir; Tokoh Muslim yang menampilkan sosok-sosok pahlawan muslim biologi yang berjasa; dan Fakta yang Menakjubkan.
Ilmu sesungguhnya sangat bermanfaat jika disampaikan dengan bahasa yang jelas sekaligus mengena, bukan saatnya lagi siswa dicekoki buku ajar yang abai soal itu. Alangkah indahnya jika bahasa Indonesia tidak melulu mencakup sastra semata peruntukannya.
Limbangan, Garut, 17 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D