Jumat, 27 Desember 2013

Meniti Persimpangan



#Tausiah yang entah dari siapa.
Meniti Persimpangan
Bagi mukmin sejati, hidup adalah jalan menuju keabadian akhirat. Maka berjuang dan bekerja keras adalah harga yang harus dibayar guna mencapainya. Namun ketahuilah, sesunguhnya di setiap tempat dan waktu selalu akan ada persimpangan-persimpangan hidup yang memaksa kita untuk menentukan pilihan; apakah terus berada di jalan menuju keabadian atau kita berbelok mencari jalan pintas. Ya,  jalan pintas yang mungkin lebih luas, lebih mulus, lebih cepat, lebih nikmat, dan lebih menggiurkan. Namun semua itu hanya fatamorgana! 

Seorang pegawai rendahan mungkin akan dihadapkan pada persimpangan: bergegas datang pada pagi hari karena berpikir bekerja adalah amanah, atau bermalas-malas toh gaji sama saja dan tidak seberapa dibandingkan dengan yang lain atau rajin. Seorang pedagang mungkin akan dihadapkan pada persimpangan: apakah harus mengurangi takaran agar keuntungan sedikit bertambah atau harus jujur. Seorang istri dihadapkan pada persimpangan: apakah harus berterus terang pada suami atau sembunyi diam-diam menyisihkan sedikit uang belanja untuk ibunya. Seorang politikus mungkin dihadapkan pada persimpangan: apakah mau menerima uang sogokan yang akan memperkaya diri dan kelompoknya, atau menolak meski membawa konsekuensi diasingkan dan akan  dilecehkan. 

Bagi seorang mukmin sejati, persimpangan hidup hanyalah seonggok batu ujian atas keimanan. Jika kita terpuruk, kita akan stagnan sampai ada kesempatan persimpangan  lain; yang membuat kita terpuruk atau bangkit mencapai derajat yang mulia. Wallahu a’lam. Kita tidak tahu persis berapa kali Allah akan memberi kesempatan  ujian  yang sama untuk hamba-Nya; apakah setelah gagal yang pertama kali, akan  segera  menyusul yang kedua, ketiga, atau bahkan tak ada sama sekali? Yang jelas, jika melakukan dosa yang sama berkali-kali, maka kita tidak akan lagi merasa berdosa saat melakukannya, karena merasa sudah biasa dan tidak aneh lagi. Tapi jika kita bisa melewatinya, maka akan makin meningkatkan derajat. Tapi, bisa jadi kita akan dihadapkan dengan banyaknya persimpangan hidup yang makin menikung. Sebab sesuai dengan janji-Nya, Allah S.W.T akan menguji hambanya sesuai dengan kadar keimanan. Semakin tinggi iman seseorang, maka semakin tinggi pula ujiannya. Tapi perlu kita ketahui bahwa kesenangan, kebahagian, kekecewaan, kesedihan dan pahit getirnya hidup semua itu adalah ujian. 

Bagi mukmin sejati, ujian bukanlah momok yang menakutkan. Sebab, ia telah memiliki kelengkapan untuk menghadapi ujian tersebut. Yaitu kemampuan bersabar dan bersyukur sebagai buah dari keberhasilan melewati ujian-ujian sebelumnya. Ya, bersabar dan bersyukur adalah perangkat penting yang digunakan untuk menghadapi beragam bentuk ujian demi ujian. Karena sabar dan syukur adalah alat pelindung bagi orang yang mau lolos dan selamat dari terpaan ujian. Tapi tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mendapatkan dan menggenggam sebuah kata sabar dan syukur. Semua itu kita perlu menatanya sebata demi sebata, sampai tegak bediri bagai benteng yang kokoh. Kita semua perlu mengeja kata demi kata agar mampu menjadi prosa nan indah.

Ketahuilah bata dan kata yang kita susun berasal dari ujian kecil demi ujian kecil lain, yang kita temui dalam beragam persimpangan hidup ini. Jika kita sanggup menyimpan satu bata saja, mustahil kita akan mendapatkan tembok yang tegak dan kokoh. Begitu juga dengan kata, mustahil untuk mendapatkan prosa nan indah jika satu kata pun kita tak sanggup menyimpannya. Mudah-mudahan kita semua dijadikan orang yang bisa menemukan titik terang di saat berada dalam persimpangan dan pilihan pilihan hidup yang beragam. Mudah-mudahan kesabaran dan  rasa syukur selalu tertanam dalam lubuk hati dan mampu istiqomah dalam menjalaninya. Amin.

Untuk itulah kita harus mampu memilih pilihan yang lebih baik dalam setiap persimpangan hidup. Kita mempunyai tiga pilihan: Yang pertama menjadi lebih buruk; Kedua menjadi lebih baik; Ketiga stagnan. Satunya-satunya yang layak dipilih adalah pilihan kedua. Sebab pilihan itulah yang betul-betul menguntungkan. Inilah prinsip dari metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu, dan “metamorfosis” yang telah kita jalani sendiri; dari sepercik air, darah, daging, lalu sempurnalah.

Waspadalah, sebab setiap persimpangan hidup membawa kita kepada satu dari tiga pilihan tersebut!





~ If you could be better by replicating others, do it!
  ‘Coz What we have to do is to be better, not to “be yourself”; Hapostrof

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D