Jumat, 27 Desember 2013

Maulana, Rengganing, dan Bebek kalap



Maulana, Rengganing & Bebek kalap


M
ENGAWASI anak kecil bukan perkara mudah. Dan Maulana, 2 tahun, pun harus alami peristiwa horor karena kecerobohan orang dewasa sekitar. Diserang bebek!
Itu terjadi hari ketiga lebaran kala saya kedatangan kawan masa SMU, sobat sebangku yang sudah sangat akrab dengan keluarga saya, Ai, dan suaminya yang pegawai Perumka di Cianjur. Mereka mudik ke Cibiuk, di rumah ortu Ai. Masih menyempatkan diri untuk menyambung silaturahim lagi setelah 12 tahun tak bersua. Anak Ai dah 3. Yang terbesar kelas 5 SD, yang kedua 2 SD. Lelaki dan perempuan. Sedang saya lagi hamil 9 bulan, anak pertama. Begitu jauh berbeda kami. Ia bisa langsung nikah saat SMU, sementara saya baru 10 bulanan nikah dengan suami tercinta.
Seperti lazimnya kawan yang dah tahunan tak bersua, pasti ingin bertukar banyak cerita. Dan saat itu kami sedang membahas pekerjaan saya. Tidak sadar Maulana keluar untuk menonton bebek di halaman. Ai panik begitu Maulana menjerit. Bergegas keluar untuk melihat apa yang terjadi. Saya kaget karena baru kali ini menyaksikan bagaimana Ai bisa sepanik itu sampai menjerit segala. Bengong mengetahui apa yang terjadi, Maulana menangis diiringi leteran kemarahan bebek. What’s happen? Kang  Syarif segera mengangkat Maulana dan menyerahkannya pada Ai, tapi si bebek tak terima, balas ngamuk dan menyerang kaki Kang Syarif dengan paruhnya, keras banget, pasti sakit. Padahal Kang Syarif tak mengapa-apakannya, bahkan tidak balas menyerang dengan mendaratkan tendangan telak seperti laiknya orang lain,  barangkali segan pada saya dan ibu padahal itu bebek tetangga yang suka selonong duck ke halaman untuk minum dan ngadem dan memacari bebek betina piaraan ibu, Bek.
Kami ke dalam untuk memeriksa Maulana. Ai segera membuka celana Maulana untuk memastikan tak diserang bagian dalamnya, alhamdulillah tak apa-apa, tidak juga tangannya. Yang diserang, lebih tepatnya dipatuk cuma rengganing (semacam kerupuk mie dari tepung beras dan kanji) yang dipegang Maulana. Busyet tuh bebek berani banget ma anak kecil, si Bek saja kalem dan tak macem-macem. Belakangan saya tahu kalo bebek itu emang galak. Susi tetangga saya yang jualan baso saja sering dipatuk kakinya padahal ia sedang melayani pembeli dan tak sadar ada bebek uring-uringan, pengen matuk kali atau sekadar memalak karena lapar dengan cara khas bebek, “Hei, bagi basonya, kwek!” Dan terpaksa dijawab Susi dengan gaya taekwondoin amatir yang kaget sekaligus sakit, “Ciat!” Membuat si pemalak kecil itu terpaksa menyingkir dengan leteran supernyaring, “Sompret, kwek...!”
Maulana tidak menangis lagi meski butuh waktu untuk membujuk dan menenangkannya. Saya bilang, “Jangan takut lagi, nanti kalau dah besar gantian bebeknya yang takut pada Maulana.” Entah apakah peristiwa tersebut akan membekas di ruang ingatan kolektifnya. Semoga ia tak fobia pada bebek. Makhluk putih kecil yang bisa kalap dan menyerang rengganing anak kecil. Mungkin kelaparan karena jarang dikasi makan pemiliknya, soalnya sering ikut ngabotram alias makan bareng Bek, bikin kesal ibu karena ngabisin jatah dedak dengan sewenang-wenang. Tidak sopan makan terus di tempat orang!
Jadi, mungkin itu semacam pelajaran bagi saya yang calon ibu agar kelak berhati-hati dalam mengasuh dan mengawasi anak. Hewan piaraan yang sekilas terlihat jinak pun bisa galak, entah kelaparan atau merasa terancam. Tidak lucu jika anak kami diserang bebek yang sengaja dipelihara untuk konsumsi plus “babagusan” penghuni rumah; penambah suara mbek, kukuruyuk petok-petok, dan kweeek!
Lebaran depan jika berkunjung, selain kembali menghabiskan isi stoples raginang sebab hidangan lainnya tidak doyan, semoga Maulana tidak takut lagi pada bebek, makhluk asing yang baru “diakrabinya” di rumah ibu saya -- sebab di rumah nenek dan orang tuanya tak ada bebek. Barangkali lebaran depan si bebek kalap sudah menjadi hidangan dan tak bisa menyerang anak kecil sampai betis orang dewasa lagi, wallahua’lam.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan jejak persahabatan berupa komentar agar bisa menjalin relasi sebagai sesama blogger. Soalnya suka bingung, SILENT READER itu siapa saja, ya? :D